Tingginya Permintaan Benih Sawit Ramaikan Permohonan SP2BKS 

Tingginya Permintaan Benih Sawit Ramaikan Permohonan SP2BKS

Sawit Notif – Seiring dengan usaha pemerintah bersama dengan pihak perkebunan dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit, saat ini diketahui permintaan akan benih atau kecambah komoditas tersebut sedang tinggi.

Direktur Perbenihan Perkebunan Ditjenbun, Saleh Mokhtar mengatakan bahwa setiap harinya ia menerima permohonan Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS), terutama dari produsen benih dalam rangka pembesaran. Pernyataan ini Saleh sampaikan pada Webinar bertajuk “Socfindo Menyapa Petani Sawit, Pastikan Benih yang Anda Tanam Bibit Unggul” atas kerja sama Media Perkebunan dengan PT Socfin Indonesia, ditulis Kamis (18/11), mengutip Suara.com.

Ditjenbun menjadi pihak yang menerima permohonan SP2BKS dengan kebutuhan kecambah di atas 200.000 butir, baik berasal dari perusahaan perkebunan, maupun produsen benih dalam rangka pembesaran benih melalui kerjasama dengan pemilik varietas atau sumber benih. 

Lebih lanjut, Ditjenbun mengatakan, pihaknya sangat memberi perhatian pada penggunaan benih unggul dan bermutu. Sebab, produktivitas kelapa sawit nasional masih bertahan pada angka 3,6 ton/ha. Dalam hal ini, penggunaan benih bermutu akan sangat berperan dalam upaya peningkatan produktivitas, dan secara persentase berpengaruh 40 – 60% bila ditambah lagi dengan penerapan GAP (Good Agricultural Practices). 

Pentingnya penggunaan benih bermutu juga terlihat pada program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang saat ini sedang berjalan, di mana target realisasi pemerintah selama 5 tahun masih jauh dari kata tercapai. Salah satu kendalanya adalah terbatasnya ketersediaan benih, ditambah dengan masih banyaknya beredar benih illegitim. 

Terbatasnya ketersediaan benih sebenarnya berlawanan dengan fakta bahwa 19 produsen kecambah, termasuk Socfindo memiliki kapasitas produksi 200 juta butir. Namun, jumlah itu hanya diserap pasar sebesar 50%, disebabkan Indonesia swasembada bahkan berlebih dalam kecambah sawit. Oleh karena itu, produsen didorong untuk mengekspor. 

Menanggapi permasalahan ini, Saleh telah memastikan bahwa 19 produsen kecambah tidak menjual produknya secara online, sedangkan oknum penjual benih illegitim menjual produknya secara online. Maka dari itu, Saleh merekomendasikan agar para petani menghindari pembelian benih secara online.

Diharapkan, 19 produsen lainnya dapat melakukan hal yang serupa dengan apa yang dilakukan Socfindo dalam webinar ini, agar nantinya petani semakin teredukasi untuk menggunakan benih yang unggul. 

Setiap tahun, Socfindo mengekspor 3,5 juta kecambah ke berbagai negara. Atas pencapaian tersebut, Saleh turut mengapresiasi. 

Sumber: Suara.com