Stok Diramal Naik, Harga CPO di Titik Terendah Dalam 3 Tahun

Stok Diramal Naik, Harga CPO di Titik Terendah Dalam 3 Tahun

Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi 1,44% ke level MYR 2.122/ton pada penutupan perdagangan hari Senin (5/11/2018). Untuk perdagangan hari ini, bursa Malaysia diliburkan menyusul perayaan festival Diwali.

Dengan pergerakan kemarin, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini lantas terjerumus ke level terendahnya lebih dari 3 tahun terakhir, atau sejak awal September 2015. Pelemahan harga CPO utamanya didorong oleh proyeksi peningkatan stok minyak kelapa sawit.

Stok minyak kelapa sawit di Malaysia per akhir Oktober diproyeksikan meningkat 14,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 2,9 juta ton, mengutip survei dari Reuters. Jika terealisasikan, level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Penyebabnya adalah peningkatan produksi secara musiman plus ekspor yang menurun.

Produksi diekspektasikan meningkat 5,7% MtM ke 1,96 juta ton, sementara ekspor justru diestimasikan menurun 13% MtM ke 1,41 juta ton.

Pelemahan ekspor juga sudah dilaporkan oleh sejumlah lembaga swasta lainnya sebelumnya. Pengiriman minyak kelapa sawit dilaporkan turun 12,9% MtM pada Oktober, mengutip data survei Societe Generale de Surveillance (SGS).

AmSpec Agri Malaysia dan Intertek Testing Services juga melaporkan penurunan ekspor CPO Negeri Jiran masing-masing sebesar 12,4% dan 14,1% MtM secara bulanan, di periode yang sama.

Sebagai catatan, pada bulan September, stok minyak kelapa sawit di Malaysia sudah meningkat 1,5% MtM ke angka 2,54 juta ton, mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Potensi meningkatnya stok lebih jauh akhirnya menyeret harga CPO ke zona merah.

Selain itu, harga kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) tercatat turun 0,35% pada perdagangan kemarin, per pukul 17.00 WIB. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai malah anjlok lebih dalam, yakni sebesar 1,06%.

Harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) ini terbebani prospek perdamaian dagang AS-China yang masih abu-abu. Maklum, komoditas kedelai menjadi salah satu komoditas yang paling terdampak oleh tensi perang dagang Washington-Beijing.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

sumber: cnbcindonesia.com