Cara Mencegah Hama Babi Hutan Pada Kelapa Sawit

Cara Mencegah Hama Babi Hutan Pada Kelapa Sawit

Memerangi hama babi hutan tidaklah mudah. Untuk mencegah hama berciri khas hidung panjang dan kuat ini, ternyata jauh lebih sulit daripada berurusan dengan hama tikus dan landak. Bahkan, pada serangan di level yang sulit, mengatasi babi hutan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 

Ukuran tubuh babi hutan yang relatif besar menjadikannya memiliki kekuatan yang sangat kuat. Babi hutan juga terkenal dengan kemampuan penggalian tanah yang sangat luar biasa. Satu ekor babi hutan bahkan mampu mencabut pohon seukuran paha orang dewasa hanya dengan menggali tanah tempat pohon tumbuh. Namun meskipun sulit, bukan berarti hama babi hutan sama sekali tidak bisa diatasi. Mari mengenal lebih jauh tentang seluk beluk babi hutan hingga cara mengatasinya.

Apa Itu Hama Babi Hutan?

Babi hutan bernama latin Sus scrofa. Sesuai namanya, babi hutan sangat mudah ditemui di kawasan seluruh Indonesia. Babi hutan adalah hewan omnivora yang dapat memakan tumbuhan, serangga, dan bangkai hewan. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: 

  • Babi hutan memiliki berat antara 50-300 kg. 
  • Panjang tubuh babi hutan berkisar antara 90-200 cm.
  • Babi hutan hidup di daerah yang dikelilingi oleh hutan, semak belukar, hutan sekunder dan hutan primer air payau.

Selain di hutan, babi jenis ini juga sering ditemui di area perkebunan, salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit. Di mana, brondolan sawit adalah target utamanya untuk dijadikan santapan. Babi hutan termasuk sebagai hama tanaman sawit karena di samping memakan brondolan, babi hutan juga gemar memakan batang pohon dan buah kelapa sawit. 

Kehadirannya babi hutan kian meresahkan karena sering menyerang para pekerja lapangan dan masyarakat yang bermukim di sekitar perkebunan.

Jenis Babi Hutan yang Sering Dijumpai

Babi hutan memiliki beberapa jenis dengan nama latin yang berbeda pula. Berikut diantaranya:

  • Sus scrofa vittatus

Babi hutan jenis ini biasa disebut Celeng. Jenis hama babi hutan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 

  • Moncongnya memiliki garis-garis putih 
  • Anak-anak babi hutan memiliki garis-garis coklat cerah yang seiring bertambah usia akan semakin memudar.  
  • Jenis babi ini hidup liar di daerah Semenanjung Taimalai dan beberapa pulau di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kepulauan Sunda Kecil dan Pulau Komodo.
  • Sus scrofa barbatus

Sus barbatus atau yang biasa disebut sebagai babi jenggot adalah jenis babi hutan yang banyak ditemukan di Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatera, hingga Kepulauan Sulu. Babi jenis ini cukup besar dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Babi jenggot berkelamin jantan dapat memiliki tubuh sepanjang 1520 mm. Sedangkan betinanya berukuran sedikit lebih kecil. 
  • Tinggi bahu babi jenggot mencapai 90 cm. 
  • Berat tubuh babi jenggot terbesar dapat mencapai hingga 120 kg. Namun sebagian besar memiliki berat 57-83 kg.
  • Babi jenggot berusia muda berwarna hitam, dewasa berwarna pucat, kuning keabu-abuan, sampai putih.
  • Sesuai dengan namanya, babi berkepala panjang ini memiliki rambut keras layaknya jenggot di sepanjang rahang bawah.
  • Selain jenggot, terdapat pula dua pasang tonjolan berdaging dan berkutil di kedua sisi mulut, dan ditutupi dengan rambut panjang keputihan yang keras.
  • Sus scrofa verrucosus

Babi jenis ini dikenal dengan beberapa nama, yakni babi kutil, babi jawa, dan babi bagong. Tak seperti jenis babi lainnya, penyebaran babi kutil terbatas, hanya bisa ditemui di Pulau Jawa dan Bawean. Sebelumnya, babi jenis ini juga bisa ditemukan di Pulau Madura. Spesies ini adalah hewan yang masuk ke dalam keluarga Suidae. Berikut ciri-cirinya: 

  • Terdapat rambut atau surai yang memanjang dari ujung kepala sampai ekor di sepanjang tulang belakang.
  • Seperti namanya, babi jenis ini memiliki tiga pasang kutil yang mengeras di sekitar hidung. 
  • Di alam liar, babi kutil diketahui melakukan perkawinan dengan babi celeng. 

Gejala yang Diakibatkan Hama Babi Hutan

Tanda-tanda kerusakan akibat serangan babi hutan pada setiap tumbuhan tidaklah sama. Setiap pohon memiliki tanda serta gejalanya masing-masing. Berikut adalah beberapa contoh gejala yang ditimbulkan saat babi hutan melakukan penyerangan terhadap pohon. 

  • Pada pohon karet muda, babi hutan gemar merusak tanaman dengan menggali tanah di sekitar pohon, lalu memotong akarnya. 
  • Pada kelapa muda, bagian batang tanaman yang rusak dapat terputus dari batangnya dan terkadang jatuh ke pohon hingga menyebabkan tanaman itu mati. 
  • Pada tanaman kelapa sawit, kerusakan ada pada perakaran, terutama akar makan (feeding roots) di sekitar piringan atau cakram pohon. Hal ini pun bisa mengganggu proses penyerapan air dan nutrisi dari tanah dan menyebabkan timbulnya penyakit akar.

Cara Mengatasi Hama Babi Hutan

Saat ini, pelaku bisnis kelapa sawit menggunakan banyak cara untuk menghindari serangan babi hutan. Perburuan menggunakan anjing pemburu umum dilakukan untuk memusnahkan babi di sekitar perkebunan. 

Namun, selain cara itu, terdapat beberapa cara lain yang bisa digunakan untuk menjaga tanaman kelapa sawit dari babi hutan. Berikut beberapa diantaranya:

Metode Langsung

  • Pemasangan Jerat

Babi hutan dewasa biasanya lebih berhati-hati dan sulit dijebak. Sehingga yang paling memungkinkan untuk lebih mudah ditangkap adalah babi hutan jantan ataupun babi yang masih muda. 

Untuk babi hutan betina, disarankan pemasangan jerat dilakukan ketika babi hutan mulai berhenti menyusui anaknya, dan jebakan yang digunakan pun harus lebih kuat. 

Alat jerat dapat terbuat dari bahan tali baja yang sangat kuat. Jerat di pasang di sekitar tanaman dengan target menjerat kaki babi hutan hingga babi terikat dan tidak dapat melarikan diri. Metode ini memiliki kelemahan, yakni satu alat hanya dapat menangkap satu ekor babi dengan peluang keberhasilan yang rendah. 

  • Racun

Cara ini paling banyak digunakan oleh  petani dan sejauh ini terbukti efektif. Memanfaatkan sifat babi hutan yang tidak pernah puas dan selalu lapar, maka racun yang diperoleh dari toko pertanian dapat dibubuhkan pada umpan berupa buah-buahan segar seperti pisang, apel, dan pepaya. 

Kemudian, racun babi dipasang di berbagai sudut perkebunan dalam waktu yang sama. Cara ini agar peracunan lebih efektif. 

  • Berburu

Perburuan ini bisa dilakukan secara massal ataupun individu. 

Dalam perburuan massal, selain masyarakat, para petani ataupun tentara juga dapat diajak bekerja sama berburu babi di siang hari. Hewan pemburu seperti anjing pemburu juga mampu melacak keberadaan babi. 

Perburuan di malam hari bisa dilakukan, caranya termudahnya dengan meletakkan umpan buah di titik-titik strategis, kemudian tunggu hingga babi datang dan pemburu dapat langsung menembaknya.

  • Lubang Parit

Untuk lubang parit termasuk bagian dari metode penjebakan babi. Lubang parit dibuat dengan cara dibor hingga kedalaman 1,5-2 m. Di bagian dalam lubang dapat diisikan dengan lumpur lunak sebagai penjerat. 

Babi yang masuk ke dalam lubang parit biasanya masih hidup. Selain dibunuh secara langsung, babi juga bisa diserahkan kepada pengelola suaka margasatwa untuk dikembangbiakkan. 

Metode Tidak Langsung

  • Pemagaran

Metode pemagaran terbagi menjadi tiga yang diantaranya sebagai berikut:

  • Pagar di sekeliling batang tanaman kelapa sawit yang dibuat dengan tinggi 40 cm. Biasanya, pagar ini dibuat ketika tumbuhan sudah berusia 2 tahun. 
  • Di sekeliling buah kelapa sawit juga bisa ditambahkan pagar besi berduri. Biasanya, pagar ini dibuat setinggi 60 cm, utamanya di masa awal pertumbuhan tanaman sawit.
  • Menggunakan pagar kayu silang berbentuk segitiga dengan ukuran tinggi 60 cm. Sama seperti pagar kawat duri, pagar jenis ini bisa dipasang saat awal tumbuh. 
  • Penjagaan Malam Hari

Kegiatan penjagaan malam hari dikenal penting untuk dilakukan, daripada hanya memasang orang-orangan sawah di tengah perkebunan yang ternyata tidak efektif. Hal ini dikarenakan babi hutan dapat dengan cepat mengidentifikasi orang-orangan yang dibuat tersebut.

Pemberantasan hama babi hutan harus melihat kondisi serta dan lingkungan sekitar kebun kelapa sawit. Membiarkan hama ataupun penyakit terus menerus menyerang tanaman hanya akan menimbulkan kerugian yang terus menerus bertambah.