Sawit Notif – Perawatan jalan perkebunan sawit adalah bagian dari upaya perpanjangan umur pakai lintasan. Khususnya jalan di perkebunan kelapa sawit, di mana setiap harinya dilewati oleh transportasi yang membawa beban berat, serta lintasan para pekerja untuk keluar masuk perkebunan. Oleh karena itu, baik buruknya kualitas jalan, dapat berdampak langsung pada kualitas operasional kebun. Jalan yang baik tentu mampu menekan biaya operasional dari pengelolaan kebun sawit, karena akan mengurangi resiko kecelakaan, serta keterlambatan pengantaran atau penjemputan.
Secara umum, fungsi jalan di kebun kelapa sawit digolongkan menjadi tiga, yaitu Pertama, sebagai sarana transportasi TBS (Tandan Buah Segar) atau material lain yang berasal dari luar kebun ke dalam kebun, dan dari dalam kebun ke luar kebun, seperti produk minyak sawit atau kernel. Kedua, sebagai sarana transportasi TBS atau material lain di dalam kebun itu sendiri, seperti pupuk, titi panen, gorong-gorong, dan sebagainya. Termasuk juga sebagai sarana transportasi mobilitas karyawan. Dan Ketiga, sebagai batas blok.
Jenis Perawatan Jalan
Kontraksi jalan perkebunan kelapa sawit harus dibuat berbentuk camber (menyerupai punggung kura-kura) dengan kemiringan 2 – 5 derajat. Pembuatan tali air di sisi jalan juga penting dipertimbangkan.
Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda terkait kuantitas dan jenis jalan yang akan ditimbun atau diperkeras. Beberapa perusahaan mengharuskan semua jalan ditimbun untuk meminimalkan terjadinya langsir dengan traktor. Beberapa perusahaan lainnya cukup mewajibkan melakukan perkerasan pada jalan-jalan utama saja. Sisanya, pengangkutan pada jalan yang tidak diperkeras akan dilakukan menggunakan traktor dan alat berat lainnya. Semua kebijakan yang dikeluarkan tentunya melalui pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan.
Banyak faktor yang menjadi penentu kisaran biaya perkerasan dan perawatan jalan, diantaranya faktor ketebalan perkerasan, jarak quarry ke lokasi penimbunan, Running Cost Excavator, Grader, Vibro Compactor, Dump Truck (DT), dan muatan dari DT itu sendiri per tripnya.
Berdasarkan asumsi yang dikutip dari artikel InfoSawit.com, maka biaya perkerasan dan perawatan jalan dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Perkerasan Baru/Murni
Perkerasan baru atau murni adalah pekerjaan penimbunan jalan dengan material timbun jalan berupa laterit, koral, dan lain-lain pada areal jalan (CR/MR) yang baru dibuka atau dibentuk menggunakan alat berat. Tebal perkerasan baru biasanya 30 – 50 cm. Biaya yang dikeluarkan berkisar Rp. 50 – 60 juta/km.
- Grading Jalan
Grading jalan adalah bagian dari kegiatan perawatan jalan. Secara rotasi, grading, sebaiknya dilakukan 2x setahun agar kerusakan jalan terminimalisir. Penting juga untuk memperhatikan pembuatan tali air di sisi jalan, untuk mencegah air mengalir ke badan jalan. Biaya yang dikeluarkan berkisar Rp. 1 – 2 juta/km.
- Perawatan Jalan Spot-Spot
Setiap jalan tentu memiliki daerah lemah yang sering disebut dengan bottleneck. Titik tersebut memiliki potensi kerusakan yang berulan. Tak jarang, dikarenakan lokasi rusaknya pendek, maka sering para pengusaha sawit menganggap biaya yang dikeluarkan hanya sedikit. Namun umumnya titik-titik tersebut ditimbun dengan bahan yang “royal” atau menggunakan material banyak, dengan tujuan jalan tersebut dapat dilewati. Jika dihitung pengeluaran per titik, maka biaya yang dikeluarkan berkisar 15 – 20 juta/km.
- Perkerasan Jalan Ulang
Perkerasan jalan ulang hanya dilakukan pada jalan yang sebelumnya sudah pernah diperkeras atau dilaterit, tetapi lateritnya telah menipis, bahkan habis. Secara norma, perkerasan ulang dilakukan setiap 4 tahun, dengan ketebalan perkerasan 5 – 10 cm. Namun tentu ukuran tersebut dapat berubah tergantung pada maintenance jalan yang dilakukan. Biaya yang dikeluarkan berkisar 10 – 15 juta/km.
Faktor-Faktor Perusak Jalan
Sejak awal pembuatannya, selain jalan harus ditimbun dengan kepadatan dan jenis material yang baik, jalan juga harus dijaga dari beberapa hal agar tidak mudah rusak. Musuh utama dari jalan tanah adalah genangan air. Sebab itu, badan jalan harus dibuat menyerupai punggung kura-kura atau batok kelapa, dengan kemiringan antara 2 – 5 derajat. Beberapa faktor yang dapat merusak jalan, diantaranya,
- Genangan Air
Untuk mengatasi genangan air, buat badan jalan berbentuk seperti punggung kura-kura atau batok kelapa, lalu buat tali air di sisi jalan untuk mengalirkan air ke arah yang lebih rendah. Selain itu, buatkan juga parit sirip atau parit pembuang dari sisi jalan ke dalam blok.
- Rendahnya Intensitas Sinar Matahari
Untuk mengatasi hal ini, lakukan pruning tepi jalan dengan rotasi yang tepat, dengan periode 3 – 4 kali setahun. Kondisi jalan yang sering tidak lembab, maka kekerasan material perkerasan jalan dapat terjaga dengan baik.
- Berat Beban Kendaraan yang Melintas
Beberapa perusahaan sudah melakukan pembatasan muatan truk, menjadi maksimal 7 ton. Hal ini untuk menjaga kondisi jalan dan kendaraan tidak cepat rusak.
Sumber: InfoSawit.com.