Pengendalian Hama Kumbang Tanduk di Perkebunan Kelapa Sawit

Pengendalian Hama Kumbang Tanduk di Perkebunan Kelapa Sawit

Hama kumbang tanduk merupakan salah satu penghambat pertumbuhan kelapa sawit di Indonesia. Padahal, perkembangan kelapa sawit di Indonesia telah meningkat drastis selama dua dekade terakhir, dengan Riau yang merupakan kawasan kelapa sawit terbesar, yaitu seluas kurang lebih 2.103.175 hektare (ha).

Meskipun telah menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar, tak jarang para pekebun mengaku kesulitan dalam melakukan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit, karena selain terbatasnya lahan yang tersedia, permasalahan seperti hadirnya wabah organisme perusak tanaman, termasuk hama juga menjadi tantangan yang cukup besar. Artikel ini akan memberi penjelasan salah satu jenis hama yang paling umum menyerang tanaman sawit, yakni kumbang tanduk.

Apa Itu Hama Kumbang Tanduk?

Kumbang tanduk memiliki nama latin Oryctes rhinoceros L. Sebagai hama yang merusak kelapa sawit, kumbang tanduk kerap diberi julukan bor pucuk tumbuhan kelapa sawit. Biasanya, kumbang tanduk menyerang kelapa sawit yang ditanamkan di lahan sejak umur 1-3 tahun. 

Kumbang ini merusak tanaman kelapa sawit dengan cara menyerang titik tumbuh dan merusak daun muda, termasuk kecambah. Wabah hama ini juga dapat menyebabkan kematian tanaman jika menyerang titik tumbuh kelapa sawit. 

  • Ciri-ciri Hama Kumbang Tanduk 

Kumbang tanduk sangat umum ditemukan di kawasan perkebunan Asia Tenggara, dengan ukurannya yang tergolong sebagai salah satu kumbang terbesar di dunia. Aktif di malam hari, berikut ciri-ciri yang dapat terlihat dari fisik dan cara hidup kumbang tanduk.

  1. Secara fisik, tubuh kumbang terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian kepala, bagian dada, dan terakhir bagian perut. 
  2. Tubuhnya berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap.
  3. Panjang tubuhnya dapat mencapai 35-50 mm, dengan lebar 20-33 mm.
  4. Sesuai dengan namanya, pada bagian kepala terdapat tanduk yang menjulang ke atas. 
  5. Memiliki 6 kaki dan 2 pasang sayap. .
  6. Jarak terbang kumbang tanduk diperkirakan sejauh 400 meter. 
  7. Ketika hujan tiba, kumbang tanduk dipastikan bisa terbang walaupun tidak selincah biasanya. 
  8. Kumbang tanduk jantan memiliki tanduk yang lebih panjang dibandingkan kumbang betina.  
  9. Selain panjang tanduk, kumbang tanduk jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat bagian tepi perutnya.
  10. Kumbang tanduk betina bertelur dan berkembang biak di berbagai lokasi, bahkan di tempat kotor seperti tempat sampah.
  • Jenis-jenis Hama Kumbang Tanduk 

Perlu dipahami bahwa hama kumbang tanduk yang menyerang kelapa sawit terbagi menjadi dua jenis. Kedua jenis tersebut sama-sama harus diwaspadai oleh para petani agar pohon kelapa sawit yang ditanam bisa tumbuh dengan baik. Berikut adalah jenis hama kumbang kelapa sawit

  1. Jenis Oryctes rhinoceros merupakan jenis kumbang tanduk yang paling sering dijumpai di berbagai daerah perkebunan kelapa sawit.
  2. Jenis Xylotrupes gideon, kumbang tanduk jenis ini biasanya hanya ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Jawa Barat.
Gejala yang Ditimbulkan

Ada beberapa gejala yang dapat ditimbulkan oleh hama kumbang tanduk, baik yang berkelamin jantan maupun betina. Maka dari itu, penting untuk memahami gejala-gejala tersebut agar pohon kelapa sawit tetap berdiri tegak. Berikut ini adalah contoh gejalanya:

  • Terdapat bekas potongan atau guntingan berbentuk huruf “V” pada daun kelapa sawit yang baru tumbuh terbuka, pelepah melintir atau tumbuh ke samping, dan matinya pupus atau titik tumbuh. 
  • Bila titik tumbuh terserang, maka pohon kelapa sawit akan cepat mati karena titik tumbuh tidak dapat membentuk daun dengan baik. 
  • Ditemukannya larva dan imago hama Oryctes rhinoceros di sekitar tanaman kelapa sawit yang terserang dan pada tumpukan cacahan batang kelapa sawit tua (chipping). Larva tersebut berasal dari telur yang diletakkan oleh kumbang betina selama beberapa kali, terdiri dari beberapa stadia. 
  • Kumbang tanduk ini dapat menyebabkan banyak masalah, baik di area tanaman baru maupun tanaman lama. 
  • Pohon kelapa sawit yang sudah mati dan membusuk, atau pohon yang terletak di dekat kotoran sapi adalah tempat berkembang biak yang baik untuk kumbang tanduk. 
Cara Menanggulangi Hama Kumbang Tanduk

Pengendalian hama kumbang tanduk harus dilakukan dengan sistem terpadu untuk mendapat hasil pengendalian yang terbaik, serta pengurangan populasi dalam waktu yang relatif singkat. 

Adapun prasyarat sistem terpadu, yakni menerapkan berbagai metode pengendalian kumbang tanduk secara bersamaan di setiap area perkebunan kelapa sawit. Berikut ini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan kumbang tanduk di perkebunan kelapa sawit. 

1. Pengendalian Kultur Teknis

Sanitasi merupakan metode pengendalian yang efektif untuk memutus siklus hidup kumbang tanduk. Sanitasi lahan harus diperhatikan. kumbang betina mempunyai kebiasaan untuk meletakkan telur pada batang kelapa sawit yang membusuk merupakan habitat yang cocok untuk kumbang tanduk. Batang yang masih tegak di robohkan kemudian dicacah. Batang yang membusuk dibelah sehingga terpapar sinar matahari. Larva kumbang tanduk tidak tahan terhadap suhu yang tinggi.

2. Pengendalian Mekanik

Metode pengendalian secara langsung kontak dengan hama sasaran dengan cara memungut larva yang terdapat pada batang yang sudah melapuk. Satu batang yang melapuk biasanya terdapat 12-42 larva. Teknik ini tidak begitu efektif untuk kebun yang luas.

3. Pengendalian Hayati

Pengendalian Oryctes secara kultur teknis dan mekanik seperti diatas dapat dilakukan, namun hasilnya tidak efisien karena akan memakan waktu yang cukup lama dan pastinya tidak tuntas secara keseluruhan. Pengendalian hama Oryctes akan efisien jika dilakukan secara hayati dengan menggunakan teknologi CHIPS® 3.1 dari PKT (Plantation Key Technology).

Keistimewaan teknologi CHIPS® 3.1 yang diformulasikan khusus untuk pengendalian hama Oryctes secara sistemik. Sistemik yang berarti ketika kumbang tanduk terpapar dengan bahan aktif CHIPS® 3.1 ini secara tidak langsung dan tidak sadar hama Oryctes tersebut akan membawa penyakit kembali ke habitatnya. Kumbang tersebut tidak mati ditempat secara langsung, melainkan akan menginfeksi kumbang ataupun larva lainnya yang berada di sarangnya. Tersebarnya bahan aktif CHIPS® 3.1 tersebut akan menekan laju pertumbuhan telur, larva dan kumbang dewasa lainnya, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi.

Itulah penjelasan singkat tentang hama kumbang tanduk, disertai dengan cara mengatasinya agar kebun kelapa sawit dapat terhindar dari kerusakan. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat dan bisa diterapkan dengan baik.