Sawit Notif – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto terus mendorong pengembangan kemitraan inkubasi bisnis kelapa sawit agar kedepannya semakin berkontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi rakyat. Hal ini disampaikan dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (15/10).
Airlangga mengharapkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) senantiasa mendukung dan memfasilitasi kemitraan inkubasi tersebut. Sebab, pengembangan pola-pola kemitraan perkebunan, terutama pada sawit rakyat sangat diperlukan untuk menjawab persoalan terkait dengan lemahnya bargaining position petani pekebun, dalam rantai tata niaga kelapa sawit.
Pola kemitraan juga bisa dilakukan dengan mengembangkan inkubasi berbahan dasar sawit, mengingat potensi bisnis berbahan dasar kelapa sawit sangat besar. Mulai dari buahnya, sabut dan cangkangnya, janjang kosong, pelepah dan daunnya, limbah cair, hingga batang pohon kelapa sawit pun dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi.
Selain itu, Indonesia sebagai negara produsen terbesar menguasai 55% pangsa pasar minyak sawit di dunia, dengan memanfaatkan tidak lebih dari 10% dari total global land bank for vegetable oil, Indonesia mampu menghasilkan 40% dari total minyak nabati dunia.
Untuk menjaga kestabilan harga sawit, Airlangga mengatakan, saat ini pemerintah tengah akan mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain penggunaan biodiesel (B30). Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan yang rendah karbon dapat terus dilaksanakan.
Mengutip Antaranews.com, program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2020. Selain itu, dengan luas tutupan kelapa sawit sebesar 16,3 juta ha. Setiap tahunnya, penyerapan yang dilakukan sampai 2,2 miliar ton CO2 dari udara.
Untuk itu, pemerintah berkomitmen mendukung program B30 pada tahun 2021, dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta kiloliter. Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga CPO dan target 23% bauran energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025 sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan energi nasional (KEN) akan tercapai.
Berkaitan dezgan pencapaian Sustainable Development Goals, minyak sawit berperan dalam mencapai target yang telah disepakati secara global, antara lain sebagai sumber energi bersih dan terbarukan yang mendukung ketahanan energi nasional, penyediaan bahan makanan, penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, serta pengurangan ketimpangan sosial dan ekonomi.
Peremajaan (replanting) sawit juga tetap menjadi bagian dari komitmen besar pemerintah untuk terus dilaksanakan pada 540.000 ha kebun kelapa sawit milik petani dengan jangka waktu hingga 2024, terutama juga dalam peningkatan produktivitas kebun sawit rakyat yang sebelumnya kurang dari 3 – 4 ton/ha.
Sumber: Antaranews.com