Samarinda – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kaltim terus mengalami penurunan. Pada Juli 2018, TBS hanya dihargai Rp 1.405 per kilogram. Turun 9 persen dari Juni 2018 sebesar Rp 1.548 per kilogram.
Dinas Perkebunan Kaltim mencatat, pada periode Januari-Juli 2018 telah terjadi tiga kali penurunan. Pada Januari dan Februari, harga TBS masih berkisar Rp 1.610 per kilogram.
Memasuki Maret, mulai menurun menjadi Rp 1.589 per kilogramnya. Pada Juni kembali menurun menjadi Rp 1.548 per kilogram. Dan berlanjut pada Juli.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, penurunan harga TBS dipengaruhi faktor internal, yaitu turunnya harga crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel) hampir di seluruh perusahaan. CPO tertimbang dikenakan harga Rp 6.978.
Sementara harga kernel rata-rata tertimbang yang sama sebesar Rp 4.160. “Ini tentu memberi dampak kepada harga TBS di tingkat petani,” katanya seperti diberitakan Kaltim Post (Jawa Pos Group).
Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, kinerja ekspor minyak sawit pada triwulan I mengalami perlambatan. Ekspor CPO hanya tumbuh 41,9 persen. Lebih rendah dari pertumbuhan volume ekspor pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 112,7 persen.
“Padahal harga sawit cukup rendah. Tapi, ini sejalan dengan harga minyak sawit global yang juga murah, hanya bergerak di kisaran USD 652-685 per metrik ton,” tuturnya.
Menurutnya, harga TBS yang murah tak membuat daya beli baik. Murahnya bahan dasar tak membuat produksi CPO meningkat, karena daya beli juga tidak meningkat. Terlihat dari kinerja ekspor minyak sawit.
“Penurunan produksi ini masih normal. Dengan produksi yang masih stabil dan ekspor yang tidak tinggi, stok minyak sawit masih tetap baik,” ungkapnya.
Dia memprediksi, pada bulan mendatang ekspor akan mulai meningkat. Kondisi ini turut mengerek nilai jual CPO dengan permintaan yang lebih baik. Meningkatnya harga CPO tentu akan ikut mendongkrak perbaikan harga TBS di Kaltim.
sumber: jpnn.com