Hadapi Penolakan Sawit, Pemerintah Perlu Buat Strategi Dagang

Hadapi Penolakan Sawit, Pemerintah Perlu Buat Strategi Dagang

Jakarta – Pemerintah diminta untuk lebih kuat dalam membuat strategi dagang untuk komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) serta produk-produk turunannya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyatakan pemerintah harus berani mengambil sikap tegas terhadap negara-negara yang telah melakukan kampanye hitam terhadap produk sawit Tanah Air.Hal itu dapat dilakukan melalui kesepakatan perjanjian dagang yang kini tengah coba dirampungkan oleh pihak Indonesia dan Eropa.

“Kita harus dorong kesepakatan melalui perjanjian dagang. Sekarang juga sedang berunding dengan Eropa terkait I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement). Ini sudah mundur terus karena sawit. Tapi pemerintah juga tidak boleh lembek,” ujar Joko di Jakarta

Sebenarnya, lanjut Joko sebagian besar para pengusaha di Benua Biru tidak memiliki permasalahan dengan produk sawit Indonesia. Hal itu dapat terlihat dari masih adanya permintaan ekspor setiap bulannya.

“Pasar itu kan meminta sawit yang berkelanjutan, tidak merusak hutan. Kita sudah penuhi itu. Pengusaha Eropa juga masih beli karena memang tidak ada apa-apa. Secara B2B kita baik-baik saja. Hanya pemerintahnya saja yang mencoba mengganggu,” kata dia.

Masalah fundamental perdagangan sawit selama ini memang lebih kepada persaingan dan itu akan terus berlanjut sehingga pemerintah harus mampu mengamankan pasar global yang kini menjadi target penjualan sebesar 70% dari keseluruhan produksi CPO dalam negeri.

Kesempatan sama, Michael Bucki EU climate Change and Environment Counselor, menuturkan Eropa belum ada kebijakan resmi untuk melarang perdagangan sawit. “Kami tidak pernah mendiskreditkan sawit. Dan kami mengapresiasi kebijakan Indonesia terhadap sawit,” jelas Bucki.

Direktur Persatuan Negara-negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit (Council Palm Oil Producing Countries/CPOPC) Mahendra Siregar menyebutkan hambatan terbesar yang dihadapi sawit muncul karena komoditas tersebut sangat kompetitif. Di sektor hulu, produktivitas sawit terus bertumbuh setiao tahun dan semakin meninggalkan angka produksi minyak nabati dari komoditas lain.

Berdasarkan data Gapki, sepanjang tahun lalu, produksi CPO tercatat mencapai 38,17 juta ton dan palm kernel oil (PKO) sebesar 3,05 juta ton sehingga total keseluruhan produksi minyak sawit Indonesia adalah 41,98 juta ton. Angka itu lebih tinggi 18% dibandingkan 2016 yakni 35,57 juta ton yang terdiri dari CPO 32,52 juta ton dan PKO 3,05 juta ton.

sumber: industry.co.id