Ekspor Sawit ke Timur Tengah Diprediksi Naik Jelang Ramadan

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ke kawasan Timur Tengah dan Pakistan akan meningkat dalam waktu dekat.

Tren tersebut bahkan telah tampak sejak awal tahun ini, saat terjadi lonjakan ekspor sebesar 41% ke Timur Tengah, dari 148,06 ribu ton di Januari naik menjadi 209 ribu ton pada Februari.

“Negara-negara tersebut sudah mulai menyiapkan stok untuk menyambut bulan Ramadan,” kata Wakil Ketua Umum III Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan, Gapki, Togar Sitanggang dalam keterangan resmi, Senin (23/4).

Selain itu, Tiongkok juga diprediksi akan meningkatkan permintaan minyak nabati dari Indonesia. Sebabnya, pemerintah Negeri Tirai Bambu berencana menaikan tarif impor kedelai (termasuk minyaknya) dari Amerika Serikat sebagai kebijakan balasan dari kebijakan Pemerintahan Trump yang menaikan tarif impor baja, aluminium, mesin cuci dan panel surya dari Tiongkok.

Seperti ekspor ke kawasan Timur Tengah, pengiriman minyak sawit ke Tiongkok juga naik 6%, dari 307,49 ribu ton pada Januari naik menjadi 326,30 ribu ton di Februari 2018.

Sebaliknya, ekspor ke Amerika Serikat memang merosot 50% dari 193,47 ribu ton pada Januari menjadi 95,99 ribu ton pada Februari. “Turunnya permintaan dari negeri Paman Sam karena tingginya stok kedelai di sana,” kata Togar.

Penurunan volume ekspor ke Amerika Serikat juga diikuti merosotnya permintaan dari India (26%), Pakistan (22%), Uni-Eropa (17%), Afrika (16%), dan Bangladesh (4%). Akibatnya, pada Februari total ekspor minyak sawit merosot 14% dibandingkan Januari.

Pada Februari, volume ekspor CPO hanya mencapai 2,37 juta ton pada Februari, turun sekitar 370,77 ribu ton dibandingkan Januari 2018 yang mencapai 2,74 juta ton. Jika dilihat secara tahunan, total volume ekspor dari Januari-Februari 2018 mencapai 5,1 juta ton atau turun 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,3 juta ton.

Selain panen kedelai di AS, adanya liburan hari raya Imlek dan jumlah hari kerja yang pendek menyebabkan transaksi dagang tidak maksimal. Padahal, sepanjang Februari harga minyak sawit global cukup rendah dan hanya bergerak di kisaran US$ 652.50 sampai US$ 685 per ton.

Untuk produksi, pada Februari 2018 terjadi penurunan hanya 2% atau dari 3,4 juta ton pada Januari lalu turun menjadi 3,35 juta ton pada Februari. Produksi yang stabil dan ekspor yang tidak melonjak membuat stok minyak sawit Indonesia masih tetap terjaga di posisi 3,5 juta ton. “Penurunan produksi ini merupakan merupakan penurunan normal,” ujar Togar.