Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dibudidayakan secara monokultur. Orientasi pekebun selama ini hanya terpusat bagaimana meningkatkan produksi sawit setinggi-tingginya dengan menggunakan agroinput berbasis kimia yang instan tanpa memperhatikan keberadaan dan kelangsungan keragaman hayati dalam tanah. Tanah yang tidak sehat pada akhirnya mengakibatkan tanaman mudah terserang hama dan terinfeksi penyakit sehingga SPH (Standar Pohon per Hektar) menurun serta produksi TBS hanya mencapai 35-60%.
Dalam keadaan normal, keseimbangan alam sudah terjaga dengan baik dimana rantai makanan antara predator alami dan patogen sudah berimbang namun karena pemakaian pupuk kimia dan pestisida kimia yang berkelanjutan, menyebabkan keseimbangan alam terganggu sehingga predator alami mati dan berkembang patogen baru yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan mematikan tanaman.
Sudah selayaknya bagi pelaku perkebunan kelapa sawit merubah pola perlakuan terhadap kesehatan tanah terlebih dahulu dengan menggunakan pupuk NPK dengan formulasi khusus seperti MOAF®, untuk menjaga kesehatan tanah serta meminimalisir serangan hama dan penyakit. Selain itu dapat mengurangi biaya pemupukan dan meningkatkan produksi sawit yang cukup signifikan (berkisar 25-200%).
Begitu pula dalam pengendalian hama penyakit banyak pekebun sudah menyadari bahaya penggunaan pestisida kimia dapat mengakibatkan resistensi (ketahanan) hama penyakit.
Menyadari hal tersebut, agar dapat membantu pengelola perkebunan sawit untuk menanggulangi masalah produksi dan hama penyakit tanpa merusak lingkungan, Plantation Key Technology (PKT) ikut berperan serta dengan cara memproduksi pupuk MOAF® dan pengendali hayati CHIPS® yang diformulasi spesifik dan khusus sesuai dengan kebutuhan kebun sebagai cara mencegah jamur Ganoderma.
Dalam sebuah studi kasus pohon yang menghasilkan produksi rendah. Seperti di daerah Labuhan Batu (Sumut), milik sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta dengan jenis tanah PMK, tahun tanam 2011.
Pada bulan Mei 2016 kebun ini diketahui adanya infeksi Ganoderma, dapat dilihat dari kondisi daun yang berwarna hijau kekuningan dan kusam, mengering bahkan berpatahan. Dapat dilihat juga akumulasi daun tombak yang tidak membuka serta terdapat basidiokarp Ganoderma pada pangkal batang pohon sawit sehingga penyerapan unsur hara menjadi terhambat. Kondisi tersebut mengakibatkan produksi rendah, dimana banyak terdapat bunga jantan.
Setelah melalui proses analisa dan formulasi oleh PKT (Plantation Key Technology/Propadu Konair Tarahubun), maka pada bulan Juli 2016 diaplikasikan pupuk MOAF® untuk suplai unsur hara makro dan mikro, guna memperbaiki perkembangan vegetatif dan produksi tanaman, kemudian dilanjutkan dengan aplikasi CHIPS® 2.1 untuk pengendalian Ganoderma. Setelah 4 bulan aplikasi, serangan Ganoderma terkendali, dimana pertumbuhan akar baru telah membaik sehingga penyerapan hara menjadi lebih optimal.
Pengamatan terakhir pada Juli 2018, pohon yang diaplikasi secara rutin dengan MOAF® menunjukkan pertumbuhan vegetatif dan memiliki produksi yang lebih baik dibandingkan blok kontrol lainnya. Seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah dapat dilihat perbandingan jumlah produksi yang sangat berbeda dengan pohon tanpa penggunaan MOAF® dan CHIPS®.
Bagi perusahaan yang memiliki masalah yang sama dan ingin bertanya lebih lanjut mengenai cara meningkatkan produksi serta mengendalikan serangan Ganoderma dan hama penyakit lainnya, dapat mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.