Cara Optimalkan Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Cara Optimalkan Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Hanya ada beberapa tanaman yang bisa tumbuh di lahan gambut yang ada di Indonesia. Namun satu-satunya yang bisa tumbuh dengan baik adalah kelapa sawit. Diketahui, ada banyak sekali lahan gambut yang ada di Indonesia. Apalagi di daerah Sumatera, Papua, dan Kalimantan. 

Lahan gambut terdiri dari tanah yang tak subur karena memiliki pH dan kandungan unsur hara makro serta mikro yang rendah. Maka dari itu tanah dengan unsur seperti ini sulit untuk ditanami dengan tanaman pertanian. Simak penjelasan bagaimana cara optimalkan penanaman kelapa sawit di lahan gambut.

Pembenahan Fisik Tanah Manajemen Air

  • Pembenahan Fisik Tanah 

Memperhatikan ketebalan gambut menjadi salah satu hal yang penting saat melakukan pembenahan fisik. Selain itu, Ada beberapa hal yang harus dipahami saat memperhatikan ketebalan gambut diantaranya sebagai berikut: 

Kelapa sawit paling bagus ditanam di lahan gambut yang memiliki ketebalan kurang dari 50 cm. Hal ini pun membuat lahan tersebut tidak memerlukan perlakuan fisik apapun. 

Namun, jika lahan gambut memiliki ketebalan lebih dari 50 cm, maka lahan gambut harus dipadatkan agar bisa menahan beban batang yang dimiliki kelapa sawit. Tujuannya agar tanaman tidak condong atau miring. 

Selanjutnya, pemadatan tanah bisa dengan menggunakan alat pemadat tanah. 

Upaya lain untuk mencegah tanaman miring atau condong ke depan adalah dengan memberikan mineral pada lubang tanam kelapa sawit di lahan gambut.

Tanah mineral harus dicampur terlebih dahulu dengan tanah yang ada pada lubang tanam bibit pohon kelapa sawit di lahan gambut.

  • Manajemen Air

Pengelolaan air rawa sangat penting untuk mencegah tanaman dari banjir atau kehabisan air. Selain itu, manajemen air dilakukan dengan maksud untuk menjaga tanah gambut tetap lembab.

Pada musim tertentu, kondisi air di lahan gambut sangat rawan. Seperti di musim hujan, atau lahan yang berada di dataran rendah, potensi tergenang sangat tinggi. Sedangkan pada musim kemarau, lahan juga bisa terkena kekeringan.Oleh karena tanah gambut memiliki kapilaritas yang besar, tanahnya bisa cepat kering karena air tidak mudah naik ke permukaan. 

Ada beberapa hal penting untuk dilakukan agar tanah gambut tetap lembab diantaranya adalah: 

  • Penting untuk menyesuaikan kedalaman muka air tanah, yakni dengan cara menjaga ketinggian muka air saluran drainase. 
  • Agar tanaman kelapa sawit dapat menerima air sepanjang tahun, penting untuk menjaga ketinggian air di saluran drainase sekitar 60 cm 
  • Memasang pintu pengunci di ujung saluran pembuangan sangat penting untuk mengatur ketinggian  air di saluran. Kunci air akan terbuka di musim hujan dan menutup rapat di musim kemarau.
Baca juga: Strategi Pengendalian Gulma

Pemupukan

Teknik pemupukan juga sangat diperlukan karena gambut adalah tanah yang tidak memiliki unsur hara. Pemupukan harus dilakukan dengan pupuk yang mengandung makro dan mikro yang sesuai, diantaranya adalah:

  1. Pupuk Kalium 
  2. Fosfor
  3. Nitrogen
  4. Magnesium 
  5. Boron  

Komposisi pupuk yang diberikan juga tergantung pada beberapa unsur sebagai berikut: 

  1. Pada umur tanaman, pupuk nitrogen harus diberikan lebih banyak pada tanaman yang belum berbuah.
  2. Setelah pembentukan buah, pupuk, K dan P dibutuhkan lebih banyak. 
  3. Pupuk mikro harus diberikan, terutama boron, karena gambut sangat miskin unsur mikro. 
  4. Pada tanaman muda, juga selama perkecambahan, penting untuk menambahkan zat humat, yang disemprotkan ke tanah di sekitar tanaman untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Asam humat mengandung hormon pertumbuhan.

Kunci tanaman yang sehat, jika tanah dan perakarannya juga sehat. Oleh karena itu, asupan makanan pada tanaman haruslah dari pupuk pilihan yang telah teruji baik secara laboratorium maupun di lapangan. Salah satu pupuk terbaik yaitu pupuk MOAF® yang diproduksi PT Propadu Konair Tarahubun (Plantation Key Technology/PKT) bergerak di bidang teknologi sawit yang tak hanya menciptakan pupuk organik, tetapi juga membasmi hama dan penyakit, dan merangkap sebagai konsultan pertanian sawit. Pupuk MOAF® telah banyak digunakan oleh perusahan besar di Indonesia serta mendapat banyak pengakuan dari pengusaha dan pengelola bisnis kelapa sawit.

Kelebihan Pupuk MOAF® Dibandingkan Pupuk Konvensional Lainnya.

1). Pupuk MOAF® dapat meningkatkan pH tanah, sedangkan pupuk konvensional lainnya dapat menurunkan pH tanah menjadi asam, pH yang rendah dapat menciptakan lingkungan yang cocok untuk berkembang biak hama penyakit. Reaksi MOAF® jauh lebih cepat dan bersifat lebih tahan lama dan stabil.

2). Pelepasan nutrisi dalam pupuk MOAF® dapat terkontrol sehingga dapat diaplikasi pada saat musim hujan maupun musim kemarau, dimana pupuk dapat mengikat agregat tanah sehingga penyerapan unsur hara dapat lebih baik, struktur tanah lebih stabil dan dapat menyerap air secara maksimal. Pupuk konvensional lainnya cenderung lebih cepat menguap pada saat musim kemarau dan mudah terbawa air pada saat musim hujan, sehingga unsur hara yang seharusnya dapat diserap oleh perakaran secara maksimal menjadi berkurang.

3). Pupuk MOAF® ramah lingkungan pada cuaca yang ekstrem (1 – 2 musim kemarau) tidak merusak fungsi perakaran & tidak terjadi plasmolisis pada perakaran tanaman serta pupuk yang ditabur dalam piringan masih dapat diserap. Pupuk konvensional lainnya tidak ramah lingkungan, dimana dapat meninggalkan residu bahan kimia yang dapat mematikan. Pupuk kimia yang ditaburkan tidak bisa diserap secara maksimal oleh perakaran tanaman, sehingga terjadi defisiensi hara yang akut.

4). Pupuk yang diproduksi oleh PKT (Plantation Key Technology) memiliki formulasi yang berbeda-beda dalam setiap perkebunan, dikarenakan kebutuhan setiap tanaman pasti berbeda. Oleh karena itu PKT terlebih dahulu melakukan survey, analisa sampel akar, tanah dan daun, untuk mengetahui unsur hara yang dibutuhkan dan serangan hama penyakit yang ada pada tanaman. MOAF® menyesuaikan kebutuhan tanaman sehingga tepat nutrisi serta membuat akar lebih cepat menyerap nutrisi.

Sedangkan Pupuk konvensional diproduksi secara masal, tidak ada spesifikasi khusus kepada semua perkebunan. Semua jenis tanah dan jenis tanaman dianggap sama karena tidak ada kegiatan survey seperti analisa akar, tanah dan daun tanaman terlebih dahulu. 

5). Mempercepat dan meningkatkan hasil produksi panen sawit dengan kualitas bobot yang baik serta peningkatan rendemen atau ekstraksi minyak produksi panen. Teknologi MOAF® juga merupakan syarat mutlak bagi perkebunan yang ingin mengendalikan serangan hama dan penyakit.

Pemilihan Varietas

Kemudian pilih varietas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih varietas kelapa sawit yang akan ditanam di lahan gambut.

  1. Untuk menanam kelapa sawit di lahan gambut, Anda harus memilih bibit berbatang pendek agar tanah gambut lebih mendukung batang pohon dan tidak tumbang. 
  2. Banyak pembuat benih kelapa sawit sekarang menawarkan varietas benih baru. Namun, dalam memilih benih berkualitas, pastikan produksinya tinggi dan berbatang pendek. Sebab, batang yang pendek mengurangi kemungkinan terjadinya tipping batang di tanah gambut.

Saat ini produksi kelapa sawit pada lahan gambut oleh petani cukup rendah yakni mencapai 10 hingga 15 ton/ha/tahun. Padahal, produksi sawit yang dilakukan perusahaan pada lahan gambut sudah lumayan tinggi tinggi mencapai 20 hingga 30 ton/ha/tahun.

SDM

Pemilihan sumber daya manusia (SDM) untuk menanam kelapa sawit di lahan gambut juga harus diperhatikan dengan seksama. Pasalnya, tidak mudah untuk menanam kelapa sawit pada lahan gambut. 

Para petani masih belum memiliki pengetahuan serta modal untuk produksi kelapa sawit pada lahan gambut. Sehingga para petani tidak jelas mengetahui apakah diperlukan perlakuan khusus untuk menanam kelapa sawit di rawa. 

Jika petani kesulitan untuk menggunakan cara menanam kelapa sawit di rawa, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan diantaranya adalah:

  1. Para petani bisa langsung berpartisipasi dalam bisnis inti. 
  2. Usai terlibat dalam menjalankan perusahaan kelapa sawit yang menanam kelapa sawit di lahan gambut, para petani akan mendapatkan keuntungan besar karena produksinya meningkat. 

Taat Pada Regulasi

Setelah memutuskan untuk menanam kelapa sawit pada lahan gambut, para petani juga harus memahami soal regulasi atau aturan yang sudah berlaku di Indonesia terkait penanaman kelapa sawit. 

Menurut Syahril Pane, Kepala Agronomi PT. Abdi Budi Mulia dalam sebuah pertemuan menjelaskan bahwa pada pengelolaan perkebunan yang paling penting adalah patuh pada regulasi atau aturan yang berlaku. 

Salah satunya adalah penggunaan lahan gambut untuk dijadikan tempat penanaman kelapa sawit. Jika para petani tidak mengikuti aturan dan regulasi tersebut, bisa jadi sistem operasional saat penanaman berlangsung akan sangat terganggu. 

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Menanam Kelapa Sawit

Ada beberapa hal yang harus dilakukan ketika ingin mengoptimalisasi pertumbuhan kelapa sawit di lahan gambut. Pasalnya, lahan gambut sendiri merupakan tanah yang tidak subur dan bisa saja malah membuat pohon yang ditanam di atasnya mati atau layu. 

Beberapa faktor yang meliputi ciri-ciri lahan gambut yang bisa ditanami kelapa sawit adalah sebagai berikut: 

  1. Tekstur tanah yang lembek, basah dan lunak.
  2. Warna tanah yang ada di lahan gambut biasanya terlihat agak gelap.
  3. Sifat asam yang tinggi terkandung dalam tanah.
  4. Karena memiliki hawa yang terbatas, tanah yang ada dalam lahan gambut kurang subur.
  5. Sering kali ditemukan di beberapa kawasan atau lahan yang cukup basah, salah satunya adalah rawa-rawa.

Karena ciri-ciri tersebut, semakin sedikit tanaman yang bisa tumbuh di daerah lahan gambut. Salah satunya yang paling bisa tumbuh berkembang dengan baik adalah kelapa sawit. Indonesia diberkati dengan pertumbuhan kelapa sawit yang sangat baik. 

Rata-rata produksinya 20 hingga 25 ton/hektar setiap tahunnya, itu artinya Indonesia bisa menghasilkan 4 ton/hektar setiap tahun. 

Selain itu, produksi minyak sawit yang tinggi membuat banyak negara-negara penghasil minyak lebih kompetitif dengan minyak sawit Indonesia, apalagi di daerah Sumatera, Papua, dan Kalimantan. Oleh karena itu, dibutuhkan alat angkut buah kelapa sawit untuk mengangkat hasil tumbuhan tersebut.