Krisis TKA di Perkebunan Sawit Malaysia Terus Bergulir hingga Mei

Krisis TKA di Perkebunan Sawit Malaysia Terus Bergulir hingga Mei

Sawit Notif – Tahun ini, Indonesia secara resmi memegang Presidensi Group of Twenty (G20) selama setahun penuh, dimulai dari 1 Desember 2021 hingga KTT G20 di November 2022 mendatang. Salah satu dari agenda jalur keuangan Presidensi G20 Indonesia adalah mewujudkan inklusi keuangan Menurut laporan CNA, Selasa (8/03), perkebunan sawit di Malaysia terancam membatasi produksi karena kekurangan tenaga kerja asing (TKA) untuk memanen buah sawit. Kondisi ini tentunya dikhawatirkan oleh banyak pihak, terlebih pasokan minyak nabati kini juga sedang terdampak perang Rusia-Ukraina dan cuaca buruk di Amerika Selatan. 

Indonesia yang dikenal sebagai penyalur TKA terbesar di Malaysia baru bisa mendatangkan para angkatan kerja asing sektor perkebunan kelapa sawit pada bulan Mei dan Juni mendatang. Hal ini disampaikan oleh Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, mengutip Tribunnews.com

Waktu tersebut ternyata telah tertunda selama berbulan-bulan dari rencana awal Malaysia yang dikabarkan segera menambah TKA awal tahun 2022. 

Dalam konferensi industri yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Menteri Zuraida mengharapkan penambahan TKA dapat meningkatkan produksi dari 18,1 juta ton di tahun 2021, menjadi 20 juta ton di tahun ini. 

Sejak awal masa pandemi Covid-19, Malaysia perlahan mengalami krisis TKA karena adanya kebijakan-kebijakan di perbatasan yang menghalangi pekerja migran untuk datang memanen dan menyuburkan buah sawit yang mudah rusak. 

Di sisi lain, penambahan TKA baru bagi perkebunan sawit Malaysia tidak serta merta mengembalikan kondisi dengan cepat. Kepada Reuters, Analis LMC International, Julian McGill mengatakan bahwa diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk pelatihan, sebab tentu tidak semua pekerja terampil dan memiliki pengalaman. 

Sumber: Tribunnews.com