Sawit Notif – Di tengah kondisi iklim yang diprediksi terus mengalami transisi, industri sawit Indonesia bisa mendapat tambahan nilai dengan menerapkan model produksi bisnis yang berkelanjutan.
Disampaikan oleh CEO dari Climate Advisers UK and the Managing Director of Orbitas, Mark Kenber dalam rilis webinar Katadata bertajuk “Sustainability Action for The Future Economy (SAFE)” yang digelar di Jakarta, Jumat (27/08) lalu.
“Perubahan kebijakan dan hukum, inovasi dan teknologi, serta perubahan pasar akan terjadi sebagai respons transisi iklim. Seluruh sektor yang terkoneksi dalam perdagangan global akan terdampak, termasuk kelapa sawit.” terang Mark.
Orbitas adalah lembaga riset basis Amerika Serikat yang melakukan serangkaian penelitian risiko transisi iklim untuk investor yang mendanai komoditas tropis.
Dikutip dari Antaranews.com, dalam kajian terbaru Orbitas berjudul “Climate Transition Risk Analyst Brief, Indonesia Palm Oil”, disebutkan bahwa pelaku industri sawit tanah air akan mendapat manfaat dari transisi iklim jika menerapkan model produksi yang berkelanjutan.
Dalam kajian itu juga disebutkan, industri kelapa sawit Indonesia berpeluang mendapat tambahan nilai hingga 9 miliar dolar AS atau sekitar Rp. 130 triliun apabila proaktif melakukan mitigasi perubahan iklim global.
Upaya tersebut, dinilai Mark dapat tercapai apabila sektor perbankan dan investor, pemerintah pusat dan daerah, perusahaan dan organisasi kemasyarakatan merespons dengan sigap. Khususnya dengan strategi yang memanfaatkan permintaan sawit yang terus meningkat, sembari mengurangi emisi gas rumah kaca, serta melindungi hutan dan lahan gambut.
Laporan tersebut turut mengungkapkan transisi iklim akan berdampak besar pada bisnis minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sebagai komoditas ekspor utama Indonesia.
Bila menakar dampak negatif atau positif, penentunya adalah kecepatan respons berbagai pemangku kepentingan di Indonesia.
Meskipun begitu, Mark juga mengingatkan akan risiko yang dapat ditimbulkan apabila bisnis sawit berkelanjutan tidak dikelola baik, yaitu terdamparnya aset secara sia-sia.
Mark menambahkan, kemampuan produsen sawit untuk mengelola risiko akan ditentukan oleh kemampuan menghasilkan panen, kemampuan adaptasi pada perubahan, baik lingkungan atau perubahan lain, akses modal, serta efisiensi operasional.
Sumber: Antaranews.com.