Petani Sawit Abdya tak Lagi Memanen TBS, Pendapatan Nyaris Habis untuk Biaya Pekerja

Pendapatan Habis: Petani Sawit Abdya tak Lagi Memanen TBS

Terpuruknya harga TBS (tandas buah segar) kelapa sawit selama delapan bulan terakhir semakin membuat kewalahan petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).

Sebagian areal kebun sawit rakyat setempat, dilaporkan tidak dipanen lagi.

Kondisi memprihatinkan itu merupakan ekses dari tidak membaik harga TBS kelapa sawit di tingkat petani yang sudah berlangunug lama.

Ubat, salah seorang petani di Babahrot kepada Serambinews.com, Senin (3/12/2018) menjelaskan, areal kebun sawit yang tidak dipanen pemiliknya itu terutama kebun di lokasi medan yang berat.

Petani memilih tidak memanen yang biasanya dilakukan secara rutin setiap 15 atau 18 hari sekali karena kusulitan biaya pekerja/ongkos panen.

Ongkos panen berkisar antara Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per ton TBS, sedang harga TBS sawit berkisar antara Rp 720 sampai Rp 750 per kilogram (kg).

“Separuh harga TBS terserap untuk ongkos panen, kemudian ditambah pengeluaran pembersihan dan pemupukan sehingga hasil yang diperoleh nyaris tidak tersisa lagi,” kata Ubat.

Karenanya, sebagian petani memutuskan tak lagi memanen TBS sawit, terutama kebun di lokasi yang sulit dijangkau karena perlu biaya tambahan untuk mengeluarkan TBS dari areal kebun sampai titik lokasi jalan yang bisa dijangkau angkutan.

“Sebagian besar kebun sawit rakyat sekarang ini dalam kondisi terlantar atau tak terawat karena kesulitan biaya untuk untuk perwatan,” kata petani lainnya.

Sejumlah warga lainnya yang membuka dan membeli kebun sawit dari pinjaman kredit pada bank juga sangat kewalahan, kemudian memutuskan menjual kebun sawit yang selama ini dirawat dengan susoh payah.

“Mereka terpaksa menjual kebun sawit karena kurang mampu menutup kredit,” kata salah seorang pedagang sawit.

Harga kebun sawit ditawarkan seharga berkisar Rp 65 sampai Rp 75 juta per ha, sesuai umur tanaman.

Satu ha (10.000 m2) areal kebun memiliki 140 sampai 144 batang kelapa sawit. Tapi, minat warga membeli kebun sawit menurun drastis karena dinilai harga TBS tidak menjanjikan lagi.

Bila pemerintah tidak mampu mendongkrak harga TBS sawit yang semakin terpuruk, maka berdampak sangat buruk terhadap perekonomian sebagian masyarakat Kabupaten Abdya.

Sebab, produksi sawit menjadi pemasukan andalan sebagian warga setempat, terutama warga Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee selama kurun waktu lima delapan tahun terakhir.

sumber: tribunnews.com