Jakarta – Minyak sawit (palm oil) memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan sebagai bioenergi atau bahan bakar minyak cair di Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan komoditas perkebunan itu harus terus didukung oleh semua pihak.
“Potensi minyak sawit sebagai bahan bakar minyak cair sangat besar peluangnya untuk terus dikembangkan di Indonesia,” kata Ketua Umum Ikatan Ahli Biofuel Indonesia (Ikabi) Tatang Hernas S dalam diskusi “Sawit bagi Negeri” di Jakarta, Rabu (9/1).
Dalam diskusi bertema “Peran BPDP-KS dalam memajukan Sawit Indonesia, Minyak Sawit sebagai Bio-Energi” tersebut, peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Kismanto mengatakan, penggunaan minyak sawit sebagai bioenergi harus terus didorong, supaya menjadi sumber energi hijau dan terbarukan.
“Bioenergi berbahan baku minyak sawit sangat potensial untuk terus dikembangkan di Indonesia dan dunia, ” katanya.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyatakan keberadaan minyak sawit terus memberikan kontribusi besar bagi negara dan masyarakat, salah satunya melalui pengembangan industri turunan minyak sawit sebagai bioenergi, yang juga menguntungkan secara lingkungan.
“Minyak sawit harus terus dikembangkan, supaya memberikan banyak keuntungan bagi pendapatan negara, sosial masyarakat dan lingkungan yang lebih baik,” katanya.
Sementara, menyinggung persoalan yang masih dihadapi industri biodiesel Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor, menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan produksi biodiesel yang masih jauh dari kapasitas industri. Aprobi pun mendorong penggunaan konsumsi biodiesel yang lebih besar lagi di Indonesia.
“Kami berharap konsumsi biodiesel bisa terus meningkat di Indonesia, seperti mandatori B30 diharapkan segera terealisasikan,” katanya.
Menurut Kasubdit Industri Hasil Perkebunan Nonpangan, Direktorat Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Lila Harsyah Bakhtiar, keberadaan industri turunan minyak sawit harus mendapat dukungan semua pihak, agar pengembangan industri minyak sawit terus berjalan.
“Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri turunan minyak sawit harus terus dikembangkan di Indonesia,” katanya.
PT Pertamina persero, sebagai perusahaan milik pemerintah yang membantu pendistribusian dan penjualan biodiesel, juga memiliki peran penting terhadap kemajuan industri biodiesel nasional. Manager Operasional Supply Chain, Direktorat LSCI PT Pertamina (persero), Gema Iriandus Pahalawan mengatakan, keberadaan biodiesel minyak sawit membantu ketersediaan pasokan bahan bakar nasional. “Biodiesel berbahan baku minyak sawit sangat membantu ketersediaan bahan bakar biodiesel,”katanya.
Produk Pembersih
Selain bioenergi, minyak sawit juga memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi Produk Surface Active Agent (Surfaktan) yang berguna bagi pembersih. Menurut periset dari Surfactant, Bioenergi Research Centre (SBRC) IPB, Dr. Dwi Setyaningsih, minyak sawit sebagai bioenergi juga sangat potensi dikembangkan sebagai surfaktan, di mana aplikasi penggunaannya sangat luas bagi industri pertambangan, industri sabun dan sebagainya.
SBRC-IPB juga mendapatkan dukungan pendanaan dari BPDP-KS, untuk terus melakukan riset aplikasi surfaktan berbasis minyak sawit, guna mengembangkan berbagai produk hijau terbarukan berbahan baku minyak sawit. “SBRC IPB sangat konsen untuk pengembangan surfaktan melalui minyak sawit,”kata Dwi menjelaskan.
Sementara itu, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan (SDGs), industri minyak sawit dapat menjadi tumpuan bersama, guna memajukan industri minyak sawit di masa depan. Sebab itu, sinergi antar pemangku kepentingan dibutuhkan, guna mendorong tumbuhnya bisnis minyak sawit yang selaras dengan kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
sumber: Investor Daily