Keuntungan Replanting Sawit Bagi Petani Bangka Belitung

Keuntungan Replanting Sawit Bagi Petani Bangka Belitung

Sawit Notif – Selain bijih timah, komoditas kelapa sawit dapat dikatakan telah menjadi bagian dari penopang perekonomian Bangka Belitung. Menyadari hal itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bangka Belitung mendukung program peremajaan sawit rakyat (replanting) untuk pohon-pohon sawit yang sudah tidak lagi produktif.

Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman mengatakan, proses replanting yang akan memakan waktu 4 tahun sebaiknya diisi oleh penanaman tanaman sela agar lahan perkebunan tetap bermanfaat secara ekonomi bagi para petani. 

Sejak tahun 2016 hingga 2020, tercatat penggelontoran dana nasional dalam menyukseskan program replanting mencapai Rp 5,32 triliun, dengan total lahan yang diremajakan seluas 200 ribu hektar dari 1.073 rekomendasi teknis yang diterbitkan.

Di tahun 2021 ini, sebanyak Rp 5,5 triliun dana yang dikucurkan untuk target peremajaan sawit rakyat seluas 180 ribu hektare. Dana tersebut kemudian dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk disalurkan. Provinsi Bangka Belitung adalah salah satu provinsi yang mendapatkan alokasi dana peremajaan sawit rakyat. 

Mengutip CNNIndonesia.com, salah seorang petani kelapa sawit, Aidi mengatakan dirinya telah mengetahui program replanting semenjak tahun 2019. Berkat program tersebut, Aidi mendapatkan bantuan sebesar Rp 25 juta per hektare, dan di tahun 2020 nilai tersebut naik menjadi Rp 30 juta per hektare. Hingga saat ini, kegiatan peremajaan sawit di perkebunannya sudah berjalan 80%. 

Di sebuah acara bernama Blu Ways yang mengangkat tema potensi kelapa sawit di Kepulauan Bangka Belitung serta kegunaan komoditas kelapa sawit untuk kehidupan. Pada acara tersebut, dikatakan pada tahun 2020 sektor pertanian Bangka Belitung berkontribusi 20,47 persen untuk perekonomian wilayah dan menjadi penopang dalam pertumbuhan ekonomi di masa pandemi.

Dari angka tersebut, sub sektor perkebunan menyumbangkan 36,09 persen untuk pertanian. Peningkatan kinerja subsektor perkebunan tersebut juga telah mendorong kinerja industri pengolahan, khususnya industri makanan dan minuman melalui minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). 

Produksi kelapa sawit di Bangka Belitung tahun 2018 mencapai 119.056 ton, lalu di tahun 2020 naik hingga 126.675 ton. Diproyeksikan, produksi kelapa sawit di tahun ini 130.602 ton, dan di tahun 2022 menyentuh angka 132.887 ton. 

Dampak lainnya dari kelapa sawit ialah kenaikan 2 persen nilai tukar petani (NTP) pada juli 2021 sebesar 123,67, dibandingkan Juni 2021 lalu. Begitu pun dengan nilai usaha rumah tangga pertanian pada Juli 2021 sebesar 123,13 naik 1,6 persen dibandingkan Juni 2021. 

Tentunya, berbagai peningkatan tersebut tidak lepas dari peran beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah, diantaranya pengaturan industri sawit dari hulu ke hilir, dimulai dari penataan usaha kelapa sawit, penetapan pedoman harga pembelian buah segar, hingga integrasi usaha sawit pada perusahaan perkebunan kelapa sawit di Bangka Belitung. 

Terkait soal kerangka pendanaan, terdiri dari bantuan bibit sawit dan bibit sawit murah, serta program peremajaan sawit rakyat. Sedangkan skema pembiayaan, berasal dari fasilitas skema kredit usaha rakyat (KUR), dan sejenisnya. 

Sumber: CNNIndonesia.com