Indonesia tengah mengembangkan bahan bakar bensin maupun LPG (Liquified Petroleum Gas) berbasis kelapa sawit sebagai alternatif bahan bakar fosil. Pengembangan ini dilakukan oleh Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Indonesia yang pertama mengembangkan sawit untuk bensin melalui co-processing. Minyak sawit dicampurkan ke kilang dengan proses cracking, menggunakan katalis Merah Putih, yang juga merupakan produksi anak bangsa, dan akan menghasilkan bensin dan LPG di akhir proses,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana di Jakarta, Sabtu (13/4/2019) sebagaimana diberitakan Sindonews.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara pertama yang mengembangkan co-processing dari sawit untuk menghasilkan bensin. Sejumlah negara lain seperti Amerika Serikat, Italia, dan Uni Emirat Arab memang juga mengembangkan pemanfaatan sawit untuk bensin. Namun, pengembangan mereka dilakukan dengan cara membuat pabrik baru untuk mengubah sawit menjadi bensin.
“Yang mereka kembangkan bukan co-processing, tapi standalone, dari sawit menghasilkan bensin. Untuk co-processing ini kita yang pertama,” paparnya.
Perbedaannya, co-processing menggunakan kilang yang sudah ada, tidak membangun yang baru. Kilang tersebut hanya di-upgrade dengan menambahkan proses. “Yang digunakan adalah kilang yang ada, hanya ditambahkan proses di tengahnya untuk menghasilkan bensin dan LPG,” imbuh Dadan.
Terkait harga, Dadan mengungkapkan, bensin dari sawit ini nantinya masih akan tergantung dari harga bahan baku sawitnya. “Ada mekanisme yang saling menguntungkan pastinya, bisa melalui intensif atau bentuk lain, karena kita tahu hingga saat ini di lapangan kita tahu kalau harga minyak goreng selalu lebih mahal dari bahan bakar,” tandasnya.