Sawit Notif – Anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit membuat para petani mempertanyakan bagaimana nasib mereka kedepannya melalui surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mengutip finance.detik.com, Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) mengirimkan surat terbuka ke Jokowi yang bertuliskan, “Bagaimana nasib kami pak..harga tandan buah segar jatuh ..tolong bapak tanggung jawab,” Rabu (29/6).
Para petani menganggap pemerintah belum maksimal dalam mengelola minyak goreng dan turunannya. Sehingga, hal tersebut menyebabkan nasib para petani plasma sawit makin tidak jelas.
Dalam petisi APPKSI ada beberapa poin penting yaitu menuntut Presiden agar mencabut segera aturan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO), yang menjadi syarat perusahaan untuk mendapatkan persetujuan ekspor Crude Palm Oil (CPO).
Hal ini tentunya dikarenakan harga TBS petani terus menunjukkan penurunan yang sangat drastis. Dimulai dari petani sawit yang mengalami kerugian sekitar Rp 1.500.000-2.000.000 per ha per bulan. Sementara, untuk kerugian petani sawit swadaya seluruh Indonesia dari bulan April-Juni ini sudah ada sekitar Rp 50 triliun. Saat ini, harga TBS jatuh tinggal Rp 500 s/d 1.000 per kilogram, dikutip dari finance.detik.com.
Kemudian, diperkuat juga dengan anjloknya harga TBS di Sumatera Utara (Sumut), hal ini terjadi meskipun pemerintah sudah membuka kembali keran ekspor CPO.
Kepala Dinas Perkebunan Sumut Lies Handayani Siregar mengungkapkan, penurunan harga TBS itu dipengaruhi oleh menurunnya harga CPO serta proses produksi di pabrik yang belum maksimal.
Terkait hal tersebut, Lies mengatakan jika saat ini Disbun Sumut terus melakukan pemantauan harga dan berkoordinasi dengan para pengusaha kelapa sawit.
Sumber: finance.detik.com