Faktor yang Mempengaruhi Rasio Bunga Jantan dan Betina Dalam Kelapa Sawit

kelapa-sawit

Sawit Notif – Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman industri penghasil minyak nabati yang sangat penting di Indonesia, Malaysia, dan negara tropis lainnya. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman monoecious atau berumah satu, artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Namun, ada juga istilah “pohon jantan” dan “pohon betina” yang merujuk pada fase dominansi bunga yang dihasilkan dalam periode tertentu.

Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, rasio atau keseimbangan antara bunga jantan dan betina dalam suatu areal kebun harus optimal, karena proses penyerbukan (pollination) sangat bergantung pada keberadaan bunga jantan yang memproduksi serbuk sari, dan bunga betina yang akan menjadi buah.

Penjelasan Istilah Pohon Jantan dan Betina
  1. Pohon Sawit Betina:
    • Merujuk pada pohon yang lebih dominan menghasilkan bunga betina dalam suatu siklus.
    • Bunga betina akan berkembang menjadi tandan buah sawit jika berhasil dibuahi.
  2. Pohon Sawit Jantan:
    • Merujuk pada pohon yang dominan menghasilkan bunga jantan dalam suatu waktu.
    • Bunga jantan tidak menghasilkan buah, tapi sangat penting sebagai sumber serbuk sari.

Dalam konteks pertanian, perbandingan pohon betina dan jantan sering dilihat sebagai rasio bunga betina dan bunga jantan, bukan secara permanen membedakan dua jenis tanaman (karena pohon sawit bisa menghasilkan keduanya secara bergantian).

 

Rasio Ideal Jumlah Bunga Betina dan Jantan

Penelitian menunjukkan bahwa rasio bunga betina terhadap jantan yang ideal adalah sekitar 65% : 35% untuk menghasilkan penyerbukan dan pembentukan buah yang optimal. Betina 65% dan Jantan 35 %.

 

Faktor yang Mempengaruhi Rasio Bunga Jantan dan Betina
  1. Lingkungan dan Iklim
    • Suhu tinggi dan kekeringan cenderung meningkatkan produksi bunga jantan.
    • Kondisi kelembapan dan nutrisi yang cukup mendorong produksi bunga betina.
  2. Genetik Tanaman
    • Varietas atau klon tertentu memiliki kecenderungan memproduksi lebih banyak bunga betina.
  3. Usia Tanaman
    • Tanaman muda sering lebih banyak memproduksi bunga jantan.
    • Tanaman dewasa (umur 3–10 tahun) lebih produktif menghasilkan bunga betina.
  4. Pemupukan dan Manajemen Kebun
    • Kekurangan kalium (K) dan boron (B) dapat menurunkan produksi bunga betina.
    • Pemangkasan yang tepat dapat memengaruhi siklus pembungaan.

 

Peran Penyerbuk Buatan atau Alami

Dalam kondisi di mana bunga jantan tidak cukup, beberapa kebun mengandalkan:

  • Serangga penyerbuk alami, seperti Elaeidobius kamerunicus (kumbang penyerbuk).
  • Penyerbukan buatan dengan bantuan manusia untuk menyerbuki bunga betina menggunakan serbuk sari dari bunga jantan.

 

Kesimpulan :

Meskipun semua pohon kelapa sawit berpotensi menghasilkan bunga jantan dan betina, rasio optimal bunga betina terhadap jantan sekitar 65:35 sangat penting untuk memastikan penyerbukan berhasil dan buah terbentuk maksimal. Rasio ini bisa dipengaruhi oleh lingkungan, pemupukan, varietas, dan umur tanaman. Ketidakseimbangan akan menurunkan hasil panen karena kegagalan penyerbukan.

 

Bagi perusahaan yang ingin memulai bisnis kelapa sawit atau memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai seputar perkebunan kelapa sawit, dapat mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.

Jika ingin meningkatkan hasil produksi panennya dapat menggunakan produk PKT (Plantation Key Technology) yaitu :

Pupuk MOAF® yang sangat mendukung untuk pengendalian berbagai jenis penyakit yang menyerang kelapa sawit. Pupuk MOAF® adalah aplikasi pupuk kelapa sawit yang tepat sasaran, dimana dapat diserap oleh pohon secara maksimal dan juga tidak menyebabkan kerusakan tanah, serta membantu perkembangan mikroorganisme tanah.

Selain itu juga dapat menggunakan, aplikasi pengendali hayati CHIPS® sebagai vaksin Ganoderma yang ramah lingkungan dan berfungsi untuk menekan laju perkembangan berbagai penyakit pada kelapa sawit, sehingga sawit tetap sehat dan berproduksi secara maksimal.(DK)(SD)(NR)