Sawit Notif – Kebijakan baru Uni Eropa soal pencegahan deforestasi kembali menghambat ekspor utama Indonesia, yakni minyak sawit. Di tengah pertanyaan yang panas, pemerintah mengungkapkan bahwa keberadaan minyak sawit sebenarnya berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang juga menjadi masalah global.
Mengutip Republika.co.id, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa kebijakan bauran energi berupa biodiesel 30% (B30) terbukti mampu menurunkan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar solar sekitar 50% hingga 60%.
Kemudian, Dadan Kusdiana juga menjelaskan bahwa minyak kelapa sawit bisa turunkan emisi 62% dibandingkan minyak diesel (fosil). Selain itu, bukan hanya bermanfaat menurunkan emisi karbon. Keberadaan pohon sawit juga terbukti mampu menyerap emisi CO2 di udara.
Merujuk penelitian Forestry and Forest Product Research Institute, pohon sawit mampu menyerap CO2 sebanyak 25 ton per hektare per tahun jika dibandingkan pohon lain yang hanya 6 ton per hektare per tahun. Kemudian, sawit juga baik untuk lingkungan karena dapat menyerap CO2 lebih banyak dibanding pohon lain.
Maka dari itu, saat ini pemerintah terus mendorong pengembangan pembangkit listrik berbasis sawit sebagai energi baru terbarukan. Ia mencatat bahwa potensi sawit sebagai bahan baku produksi listrik telah mencapai 28.148 megawatt (MW).
Sumber: Republika.co.id