Sawit Notif – Hasil pembukuan oleh para pelaku usaha cangkang sawit Indonesia dengan pelaku usaha industri biomassa Jepang melalui acara temu bisnis di Pekanbaru, Riau, menunjukkan potensi transaksi ekspor cangkang sawit ke negara Jepang bernilai 12 juta dollar AS per tahun, mengutip Kompas.com.
Pertemuan bisnis tersebut difasilitasi Kementerian Perdagangan (Kemendag), bersama Japan External Trade Organization (JETRO) Jakarta dan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit (APCASI).
Menanggapi pencapaian nilai tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Didi Sumedi lewat keterangannya di Jakarta (28/11) mengatakan, untuk menjaga surplus neraca perdagangan, pemerintah terus berupaya mengembangkan produk dan komoditas berpotensi ekspor dengan permintaan dan nilai jual yang tinggi di pasar global, salah satunya adalah komoditas cangkang kelapa sawit.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag, Marolop Nainggolan menambahkan, Kemendag bersama JETRO juga akan terus meningkatkan ekspor cangkang sawit ke Jepang lewat kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, serta kegiatan one-on-one business matching.
Marolop menjelaskan, untuk menambah keyakinan akan kualitas cangkang sawit Indonesia, nantinya Kemendag mengundang para calon pembeli untuk meninjau secara langsung gudang dan pabrik pengolahan.
Sebagai negara tujuan ekspor utama cangkang sawit, Jepang telah menjadi pasar ekspor terbesar cangkang sawit Indonesia, yaitu kisaran pangsa sebesar 84,5 persen. Terlebih dengan adanya kebijakan energi Jepang yang mengharuskan penggunaan bahan-bahan yang berasal dari energi baru dan terbarukan (renewable energy) untuk memenuhi kebutuhan 24 persen energi di Jepang pada tahun 2030.
Indonesia saat ini menjadi produsen terbesar cangkang sawit dunia. Pasokan cangkang sawit di Indonesia berasal dari Jambi, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Utara. Selain Jepang, negara-negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor cangkang sawit Indonesia yakni Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan India. Dipastikan, negara produsen cangkang sawit terbesar lainnya adalah Malaysia yang memiliki harga relatif lebih murah dan stabil, berbeda dengan harga cangkang sawit di Indonesia yang fluktuatif dan cenderung naik akibat bea keluar dan pungutan ekspor, serta kurangnya infrastruktur pendukung.
Sebelumnya, temu bisnis dengan pelaku usaha Jepang pertama kali telah dilakukan pada April 2021, dengan hasil kesepakatan kontrak pengiriman setiap bulan ke pasar Jepang oleh PT International Green Energy sebanyak 10 ribu ton, PT Prima Khatulistiwa Sinergi sebanyak 11 ribu ton, tepat pada awal November 2021. Di awal Desember yang akan datang, PT Jatim Propertindo menyusul pemenuhan kontrak serupa dengan mengirimkan cangkang sawit sebanyak 20 ribu ton ke perusahaan Jepang.
Setelah acara pertemuan bisnis, Kemendag turut mengajak para pelaku usaha Jepang mengunjungi stockpile dan pabrik penghasil cangkang sawit di daerah Siak dan Dumai. Harapannya, calon mitra bisnis dari Jepang dapat meyakini besarnya potensi cangkang kelapa sawit Indonesia, dan berlanjut pada kesepakatan penjalinan kerjasama bisnis jangka panjang dengan pelaku usaha lokal.
Sumber: Kompas.com