PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN berhasil mengganti bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang semula berjenis solar menjadi 100% minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO).
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia maupun di Dunia. Minyak ini bisa digunakan untuk produk makanan, kecantikan, bahkan produk kebersihan dan juga dapat digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Harganya yang murah dan mudah diproduksi menjadikan minyak sawit sebagai komoditas unggulan di Indonesia dan memberi kontribusi yang besar terhadap pereknomian nasional.
Perkebunan kelapa sawit banyak terdapat di daerah Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Hal ini dikarenakan jenis pohon kelapa sawit yang membutuhkan sinar matahari yang cukup, suhu hangat, dan curah hujan yang tinggi untuk memaksimalkan hasil produksinya. Indonesia merupakan lokasi yang tepat untuk mengembangkan kelapa sawit mengingat Indonesia memiliki iklim tropis. Tak heran jika komoditas kelapa sawit ini menjadi komoditas unggulan di Indonesia. Dengan itu, kita harus memanfaatkan kelapa sawit dengan sebaik-baiknya.
Belakangan ini PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bakal mengganti bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang semula berjenis minyak solar menjadi 100% menggunakan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO). Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan energi fosil pada sektor ketenagalistrikan dan juga membantu pemerintah dalam menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tercatat ada empat pembangkit yang menjadi pelopor pengalihan pemakaian bahan bakar ke CPO sedang tahap uji coba. Pembangkit tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Batakan 50 Megawatt (MW) di Balikpapan, Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW dan PLTD Kanaan di Bontang Kalimantan Timur berkapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) PLTMG Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.
Dikutip dari laman Liputan6.com, Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman mengungkapkan, untuk mengalihkan bahan bakar pembangkit listrik tersebut, PLN harus memodifikasi pembangkit dan mengubah beberapa komponen. Namun tak disebutkan nilai investasi yang dibutuhkan untuk peralihan penggunaan bahan bakar tersebut.
Sementara Direktur PLN Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara Djoko Rahardjo Abumanan mengungkapkan, peralihan bahan bakar yang digunakan pembangkit dari Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi CPO, akan menurunkan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada sektor kelistrikan sekitar 190 ribu kilo liter (kl) per tahun.
sumber: infosawit.com