Ancaman Ganda : Selain Ganoderma, Serangan Tupai Kian Mengkhawatirkan Kebun Kelapa Sawit

ancaman-tupai

Sawit Notif – Ganoderma sawit masih menjadi ancaman utama bagi produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur ini dapat secara drastis menurunkan hasil panen dan bahkan mematikan tanaman apabila tidak ditangani segera. Lebih berbahayanya lagi, penyebaran ganoderma sering tidak terlihat pada tahap awal, sehingga pekebun kerap baru menyadari keberadaannya ketika kerusakan sudah meluas. Situasi ini membuat penanganan menjadi jauh lebih sulit dan berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.

Untuk mengurangi risiko tersebut, penerapan pengendalian terpadu menjadi langkah yang tidak bisa ditawar. Mulai dari deteksi dini, sanitasi kebun, hingga pemanfaatan teknologi terbaru, semuanya perlu dilakukan secara konsisten. Salah satu inovasi yang kini banyak dikembangkan adalah penggunaan fungisida ganoderma yang diformulasikan khusus untuk menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit. Meski begitu, keberhasilan pengendalian tetap harus didukung praktik budidaya yang baik, seperti rotasi tanaman, perbaikan kualitas tanah, dan penggunaan bibit yang lebih tahan penyakit. Pendekatan menyeluruh inilah yang diharapkan dapat menjaga produktivitas sawit di tengah meningkatnya ancaman Ganoderma.

Namun, penyakit bukan satu-satunya tantangan yang harus dihadapi pekebun. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah sentra produksi sawit di Malaysia melaporkan meningkatnya kerusakan tandan buah segar (TBS) akibat serangan tupai yang dikutip dari infosawit.com. Berdasarkan laporan Green Project pada Minggu (23/11/2025), hewan kecil yang sebelumnya jarang diperhatikan ini kini berkembang menjadi salah satu hama paling persisten di area perkebunan. Serangan tupai menambah daftar masalah yang harus diwaspadai, menunjukkan bahwa ancaman bagi produksi sawit datang dari berbagai arah.

Tupai biasanya memilih buah yang hampir masak dan mengupas kulit luarnya untuk mendapatkan isi buah. Meskipun secara kasat mata kerusakan tampak ringan, buah yang terkelupas tidak lagi bisa diolah, sehingga langsung menurunkan hasil panen.

Pekerja kebun juga mencatat bahwa kondisi kebun yang menyediakan banyak sumber makanan dan tempat berlindung membuat populasi tupai dapat meningkat dengan cepat jika tidak segera dikendalikan. Tanda-tanda keberadaan tupai relatif mudah dikenali: buah yang terkelupas rapi, serakan biji atau isi buah di tanah, serta suara gerakan dari pelepah pohon yang menandakan aktivitas makan atau bersarang. Karena itu, para ahli menekankan perlunya pengendalian yang dilakukan secara seimbang. Pengelolaan habitat, pemasangan perangkap, dan pengurangan sumber makanan menjadi beberapa strategi yang bisa diterapkan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem.

Di tengah upaya perkebunan menerapkan pengendalian hama yang berkelanjutan, serangan tupai ini menjadi pengingat bahwa manajemen terpadu harus terus diperkuat. Baik dalam menghadapi penyakit maupun hama, pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi kunci untuk menjaga industri kelapa sawit tetap produktif di masa mendatang. (AD)(SD)(DK)