Jakarta – Pengusaha kelapa sawitnasional mengaku hampir 100% perolehan Devisa Hasil Ekspor (DHE) telah dikonversikan ke rupiah. Sebab, pengusaha segera menukarkan valasnya ke rupiah untuk kelanjutan produksi, seperti membayar tenaga kerja.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, pengusaha membutuhakan rupiah untuk membeli bahan mentah seperti minyak sawit dan tandan buah segar (TBS). Selain itu, valas hasil ekspor yang segera dikonversikan ke rupiah juga karena kebutuhan membayar pekerja.
“Jadi, kalaupun ada yang tertahan, menurut saya murni untuk membayar utang dolar AS,” ujar Togar Sitanggang seperti dilansir Antara di Jakarta, kemarin.
DHE industri sawit diperoleh dari ekspor produk kelapa sawit sebesar 75% dan sisanya dalam bentuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
“Produk sawit dan CPO perlu bahan mentah sehingga kami membeli banyak minyak sawit dan TBS yang harus dibayar dengan rupiah,” ujarnya. Industri sawit Tanah Air masih menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar. Namun karena hambatan dagang seperti kenaikan tarif di beberapa negara, ekspor CPO dan turunannya sedang menurun.
Hambatan itu seperti yang terjadi di India dan Uni Eropa. Negara-negara tersebut, menaikkan bea masuk, sehingga pasokan sawit Tanah Air melimpah, namun harga jatuh.
Alhasil, kata Togar, tren penurunan sawit itu terlihat pada Januari-Juli 2018 dan Gapki memproyeksi kondisi ini masih bakal berlanjut hingga akhir tahun.
sumber: beritasatu.com