Pungutan Ekspor Sawit Anjlok 51,8% Tahun Ini

Sawit Notif – Kelapa sawit memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebab, komoditas perkebunan sawit menjadi sumber devisa negara nonmigas, penyedia lapangan kerja, serta menjadi bahan baku berbagai industri pengolahan.

Berdasarkan laporan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terkait kinerja sawit tahun ini yang berada di tengah tekanan ekonomi.

Direktur Utama Badan BPDPKS, Eddy Abdurachman melaporkan bahwa sektor kelapa sawit membawa PDB positif, sehingga PDB Indonesia dapat tumbuh positif menjadi 5,72 persen pada triwulan III 2022. Industri tersebut memberikan kontribusi terhadap pendapatan pemerintah, laba perusahaan, lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani kecil, dikutip dari Gonews.co.

Kemudian, Eddy juga membeberkan terkait kinerja penghimpunan dana BPDPKS tahun ini yang berasal dari pungutan ekspor sawit yang telah mencapai Rp 34,5 triliun. Sedangkan kinerja imbal hasil dana kelolaan sebesar Rp 800 miliar. Penerimaan tersebut mengalami penurunan sebesar 51,8% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 71,6 triliun.

Selanjutnya, Eddy mengatakan bahwa penurunan itu karena kebijakan larangan ekspor pemerintah sejak 28 April hingga 22 Mei 2022. Akibatnya, ekspor minyak sawit pada 2022 berada di kisaran 34,67 juta ton dibandingkan pada 2021 yang mencapai 37,78 juta ton.

Kemudian, Eddy mengatakan ada penurunan penerimaan BPDPKS akibat penghapusan tarif PE kelapa sawit yang turunannya hingga 31 Agustus 2022, menjadi akibat penurunan pungutan ekspor sawit. Tahun depan, BPDPKS menargetkan penerimaan pungutan ekspor (PE) sawit tidak jauh berbeda dengan tahun 2022, yaitu Rp 30-an triliun.

Menurut Eddy penurunan tersebut disebabkan perkiraan turunnya harga minyak sawit (CPO) akibat krisis ekonomi global. Target tersebut juga memperhitungkan ketidakpastian global saat ini. Eddy memaparkan bahwa akan ada defisit jika Indonesia hanya mengandalkan ekspor. Maka, proyeksi cuma Rp 30-an triliun.

Namun, Eddy memprediksi jika Indonesia tahun 2023 menerapkan program bahan bakar nabati jenis biodiesel ke dalam bahan bakar minyak jenis solar yang ditingkatkan menjadi 35 persen (B35), harga CPO bisa berada di kisaran USD 970 per metrik ton. Maka, serapan minyak sawit akan berada di kisaran 13,5 juta kiloliter.

Sumber: Gonews.co.