Program Peremajaan Kelapa Sawit

Program Peremajaan Kelapa Sawit

Peremajaan sawit merupakan hal penting untuk meningkatkan produktivitas sawit di Indonesia. Peremajaan sawit adalah usaha menanam tanaman kembali untuk menggantikan tanaman yang tidak produktif lagi. Dengan cara ini, produksi tanaman kelapa sawit masih dapat berlanjut. 

Guna meningkatkan produksi sawit, pemerintah pun menggalakkan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Program ini adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit dan merupakan salah satu Program Strategis Nasional (PSN). Program ini dilaksanakan dengan cara menjaga luas lahan. Fungsi perkebunan kelapa sawit bisa bekerja optimal, sekaligus menyelesaikan masalah legalitas lahan yang terjadi.

Selain itu, PSR diharapkan dapat mendorong pekebun menjalankan praktik berkebun yang baik. Dengan demikian, produksi sawit yang dihasilkan semakin tinggi dengan luasan lahan yang sama. Program ini pun bermanfaat dalam memperbaiki ruang perkebunan.

Program ini ditargetkan dapat terealisasi sebesar 540.000 hektare pada 2020-2022. Adapun luasan program peremajaan kelapa sawit tersebar di berbagai wilayah Indonesia, yakni Sumatera (397.200 hektare), Jawa (6.000 hektare), Kalimantan (86.300 hektare), Sulawesi (44.500 hektare), dan Papua (600 hektare), yang nantinya akan dilakukan secara bertahap.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, sekitar 14,6 juta hektare lahan perkebunan sawit (21,35 persen) merupakan perkebunan rakyat. Luasan lahan sawit tersebut dapat memproduksi minyak sawit dengan volume 16,2 juta ton (34 persen).

Keuntungan dan Target Program Peremajaan Kelapa Sawit

Pelaksanaan PSR perlu dilakukan dengan menerapkan empat unsur, yaitu legalitas, produktivitas, prinsip sustainabilitas, dan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Guna memenuhi unsur legalitas, para pekebun rakyat harus mengikuti aspek legalitas tanah. Sementara pada unsur produktivitas, keberadaan PSR bertujuan untuk meningkatkan standar produktivitas lahan sawit hingga 10 ton tandan buah segar per hektar dan per tahun, dengan kepadatan tanaman kurang 80 pohon per hektar.

Unsur lain, yakni sertifikasi ISPO diberikan guna memastikan adanya prinsip keberlanjutan dalam pelaksanaan program. Karena itu, peserta yang tergabung dalam program ini juga difasilitasi untuk mendapatkan sertifikasi ISPO saat panen pertama. Adapun unsur sustanabilitas dimaksudkan agar program dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan, meliputi lingkungan, konservasi, tanah, dan lembaga.

Ada beberapa keuntungan yang dirasakan ketika melakukan peremajaan kelapa sawit, yakni:

  •     Menambah produktivitas kebun kelapa sawit milik masyarakat
  •     Mendukung masyarakat mengembangkan usaha lewat kelapa sawit
  •     Memulihkan ekonomi nasional
  •     Memperpanjang bisnis kelapa sawit

Untuk mempermudah para peserta melaksanakan program, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyediakan aplikasi  PSR online. Aplikasi PSR online akan membantu peserta PSR untuk melengkapi persyaratan hanya dengan modal akses internet. Cara ini diharapkan akan membantu BPDPKS dan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian untuk melakukan monitor program secara menyeluruh.

Peran Sawit bagi Indonesia

Indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2020 saja, volume produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai 47,18 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebagian telah terserap di pasar ekspor. Dengan volume ekspor yang cukup tinggi ini, Indonesia dikenal sebagai eksportir CPO terbesar di dunia.

Namun demikian, volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia fluktuatif dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2012, volume ekspor CPO sebesar 19,87 juta ton. Angka ini melonjak menjadi 21,77 juta ton pada tahun 2013 kemudian turun kembali di angka 23,96 juta ton pada tahun 2014.

Selanjutnya, volume ekspor minyak sawit menyentuh angka 27,67 juta ton pada 2015 lalu kembali mengalami penurunan di angka 24,06 juta ton pada 2016. Selama tiga tahun berikutnya, volume ekspor CPO kembali meningkat hingga menyentuh angka 28,77 juta ton (2017), 29,30 juta ton (2018), dan 29,54 juta to (2019), sebelum kembali mengalami penurunan di angka 27,32 juta ton (2020).

Dari banyaknya jumlah ekspor minyak kelapa sawit tersebut, India menempati posisi pertama sebagai negara tujuan ekspor CPO bagi Indonesia. Volume ekspor minyak kelapa sawit ke negara ini mencapai 4,56 juta ton. Sedangkan pada tahun 2019 dan 2018, volume ekspor CPO ke India sebesar 4,57 juta ton dan 6,34 juta ton.

Sejak ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MOU) on Agricultural Cooperation, Indonesia dengan India menjalin hubungan untuk peningkatan kerja sama  di bidang ekonomi yaitu perdagangan CPO atau minyak kelapa sawit yang telah berlangsung sejak 1992.

Setelah India, Tiongkok pun menjadi negara pengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia terbesar. Pada tahun, 2020, volume ekspor CPO Indonesia ke negeri Tirai Bambu tersebut sebesar 4,39 juta ton. Sementara pada tahun 2019 dan 2018, volume ekspornya sebesar 5,79 juta ton dan 4,16 juta ton.

Selain kedua negara tersebut, Pakistan turut mencatatkan diri sebagai importir CPO dari Indonesia. Pada tahun 2018, 2019, dan 2020, volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Pakistan masing-masing sebesar 2,45 juta ton, 2,21 juta ton, dan 2,39 juta ton,

Tak hanya negara-negara di kawasan Asia, Indonesia juga turut mencatatkan diri sebagai eksportir CPO bagi negara-negara di benua Eropa dan Amerika, misalnya Spanyol. Negara ini mencatatkan diri sebagai salah satu lokasi tujuan ekspor CPO Indonesia. Adapun volume ekspor komoditas ini ke Spanyol selama 2018, 2019, dan 2020 adalah 1,16 juta ton, 1,07 juta ton, dan 1,13 juta ton.

Lalu ada Amerika Serikat. Selama tiga tahun berturut-turut (2018, 2019, dan 2020), volume ekspor CPO ke negeri Paman Sam ini sebesar 1,12 juta ton, 1,18 juta ton, dan 1,12 juta ton. Negara selanjutnya adalah Bangladesh, dengan volume ekspor pada 2018, 2019, dan 2020  masing-masing sebesar 1,13 juta ton, 1,123 juta ton, dan 1,02 juta ton. 

Indonesia juga mengekspor CPO ke negara-negara di benua Afrika. Salah satu negara tujuan ekspor sawit terbesar di benua ini adalah Mesir, dengan volume ekspor sebesar 936 juta ton, 1,09 juta ton, dan 970 juta ton, selama tiga tahun berturut-turut. Indonesia juga mencatatkan volume ekspor CPO terbesar ke Italia, Belanda, dan Singapura, masing-masing 944 juta ton, 682 juta ton, dan 360 juta ton, pada 2020. 

Selain 10 negara utama tersebut, Indonesia juga mengekspor 9,63 juta ton minyak kelapa sawit ke negara-negara lainnya. Melihat kondisi ini, maka tak salah jika kelapa sawit disebut sebagai komoditas penting bagi perekonomian negara. Bahkan, kelapa sawit juga berperan penting sebagai penyumbang devisa terbesar untuk Indonesia.