Amerika – Menurut catatan Food Processing, diperkirakan, minyak sawit menempati posisi ketiga untuk konsumi minyak nabati di Amerika Serikat dan Kanada, dan bahkan menjadi minyak nabati yang paling banyak digunakan di belahan dunia lainnya.
Banyak industri yang menggunakan minyak sawit bukannya tanpa alasan. Ini terjadi karena ditengarai bahwa minyak sawit merupakan semi padat pada suhu kamar, memiliki stabilitas oksidatif yang baik dan umumnya memiliki biaya lebih rendah daripada kebanyakan minyak nabati lainnya. Minyak sawit memiliki kandungan karoten, terutama beta-karoten dan lycopene, yang menambahkan sifat nutraceutical, meskipun dapat diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng.
Sayangnya, di antara keunggulan tersebut, minyak sawit kerap dituding merusak hutan hujan, memunculkan konflik, tergesernya masyarakat adat serta habitat hewan dilindungi dari tempat tinggal mereka. Sebab itu, seperti ditulis Food Processing, pada tahun 2004 lalu, multistakeholder sawit di dunia mendirikan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk minyak sawit berkelanjutan melalui standar global yang kredibel dan keterlibatan para pemangku kepentingan.
Ada 3.779 anggota RSPO, mulai dari Cargill, Campbell Soup, dari Citibank hingga Federasi Nasional Petani Kelapa Sawit Kolombia. Misi RSPO, di antaranya adalah memajukan produksi, pengadaan, keuangan, dan penggunaan produk minyak sawit berkelanjutan. Selain itu, misi RSPO juga untuk mengembangkan, menerapkan, memverifikasi dan secara berkala meninjau standar global yang kredibel untuk seluruh rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan.