Sawit Notif – Mirae Asset Sekuritas Indonesia melakukan analisis yang menghasilkan prediksi harga jual minyak sawit (crude palm oil/CPO) akan tetap mengalami tren peningkatan sampai dengan kuartal 1 tahun 2022, mengutip artikel terbitan Kontan.co.id.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong tren peningkatan terus terjadi, hal ini disampaikan oleh Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya, dalam sebuah acara yang bertajuk “Indonesia Investment Education” yang berlangsung secara virtual, Sabtu (9/10) lalu.
Faktor pertama, berdasarkan tren di tahun-tahun sebelumnya, produksi CPO bulanan di Malaysia akan mencapai puncak pada bulan September-Oktober, lalu setelah itu tren produksi akan turun. Di tahun 2021, penurunan produksi CPO akan dimulai bulan depan, dan tentu akan berdampak pada jumlah inventaris CPO. Ketika pasokan CPO rendah, harga jual otomatis akan meningkat.
Faktor kedua, terkait potensi permintaan besar dari negara konsumen CPO di dunia, yakni China dan India. Hingga pertengahan Oktober 2021, inventaris CPO di kedua negara tersebut berada di level terendah. China hanya memiliki inventaris CPO sebanyak 418.000 ton, sedangkan India mencatatkan persedian edible oil 1,7 juta ton.
Faktor ketiga, adanya program pencampuran bahan bakar minyak dengan minyak turunan CPO untuk pembuatan biodiesel. Program ini sangat menguras konsumsi CPO nasional.
Perlu diketahui, harga CPO sepanjang tahun 2021 memang mengalami lonjakan. Per perdagangan Jumat (8/10) lalu, harga CPO kontrak pengiriman Desember 2021 berada di level RM 4.966 per ton, meningkat 75% dibandingkan harga CPO per akhir tahun 2020 sebesar RM 2.843 per ton. Harga tersebut juga menjadi level tertinggi sepanjang tahun 2021.
Hariyanto memprediksi, level tertinggi harga CPO Malaysia bisa mencapai RM 5.400 per ton pada saat produksi bulanan CPO turun di bulan-bulan mendatang.Terkait dengan saham, Hariyanto juga menilai laporan keuangan kuartal III 2021 per emiten akan menjadi katalis positif bagi saham-saham CPO.
Hal ini terlihat jelas sejak harga CPO bertahan di level tertinggi pada Juli 2021, sehingga kinerja keuangan kuartal III-2021 sangat bagus. Peningkatan harga jual average selling price (ASP) emiten juga akan berdampak positif pada laba bersih.
Berdasarkan perhitungan Hariyanto, perubahan sebesar 1% pada ASP akan berpengaruh ke perubahan laba bersih 2% – 3%. Atas potensi kenaikan tersebut, saham-saham CPO menurut Hariyanto saat ini bisa menjadi investasi yang menggiurkan.
Terlebih, valuasi saham-saham CPO saat ini tergolong murah, bila dilihat dari forward price earnings ratio (PER) yang lebih rendah dari rata-rata PER di lima tahun terakhir. Bahkan, potensi kenaikan harga tidak terbendung karena forward PER masih di bawah rata-rata per 5 tahunan.
Sumber: Kontan.co.id