Menakar Efisiensi Mekanisasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Menakar Efisiensi Mekanisasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Sawit Notif – Dewasa ini, pola mekanisasi semakin tidak terhindarkan. Pola ini telah mendapat perhatian tersendiri pada sektor pertanian yang mencakup berbagai macam sektor.

Permasalahan terbatasnya sumber daya manusia (SDM)  tenaga kerja lapangan, biaya pekerja yang terus meningkat, serta biaya kebutuhan produksi yang tinggi di perkebunan kelapa sawit menjadi serangkaian alasan untuk memilih pola mekanisasi. Namun, apakah penerapan pola tersebut sudah efisien? 

Menurut informasi yang disajikan InfoSawit.com, dalam menerapkan pola mekanisasi, para pekebun dituntut untuk melakukan kegiatan yang diperlukan untuk memperbaiki lahan, salah satunya dengan memperhatikan rasio manusia dengan mekanisasi yang juga akan memberikan potensi penghasilan yang lebih baik bagi pekerja. Di mana, mekanisasi pengumpulan buah TBS dan aplikasi pemupukan dengan rasio perbandingan manusia 1:20 ha, bisa ditargetkan untuk setiap estate. Hal ini tentu lebih efisien dibandingkan dengan cara tradisional yang hanya memiliki rasio perbandingan manusia 1:10 ha.

Pengambilan langkah-langkah mekanis sederhana seperti melakukan pengumpulan TBS dari jalur panen, mengambil buah sawit dengan mini traktor, serta pengaplikasian pupuk dengan traktor menggunakan spreader akan memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas. Sebab, penggunaan mini traktor sebagai alat mengambil buah sawit bisa menjadi pengganti cara pemuatan yang masih tradisional, dan akan dirasa lebih mudah oleh pekerja, mengingat ukuran dan bobot tandan buah segar setiap tahun juga akan terus bertambah. 

Langkah lainnya untuk memenuhi pola mekanisasi di perkebunan kelapa sawit adalah mempersiapkan lahan dan jalan sedemikian rupa, seperti jalur panen yang harus dipadatkan sebelum mini traktor melintas. Karena apabila tidak dipersiapkan, dikhawatirkan terjadi kerusakan serius pada jalur panen. 

Pada kondisi medan yang berbukit, perlu dibuatkan teras seluas 5 m, untuk memudahkan gerakan traktor mini. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeliharaan preventif terhadap alat untuk menjaga ketahanan alat lebih lama. 

Sebagai contoh, pada satu divisi, luas perkebunan 1000 ha dengan muatan hasil rata-rata sekitar 18 ton/ha. Para pekebun disarankan tidak hanya menguji dengan satu traktor mini saja, sebab data yang didapat lewat pemantauan tidak akan mewakili sistem pengangkutan jangka panjang. 

Satu buah traktor atau trailer mini ditargetkan harus dapat mengangkut sekitar 20 ton/hari, oleh karena itu untuk satu unit, dialokasikan pada areal kebun seluas 200 ha. Jadi, kebun seluas 1000 ha akan membutuhkan 5 unit kerja, akan lebih baik ditambah dengan unit cadangan sebagai antisipasi apabila terdapat unit yang mengalami kerusakan dan perbaikannya membutuhkan waktu lama. Dengan cara tersebut, pengambilan buah tidak akan terhambat dan akan berjalan konsisten, sehingga efisiensi mesin dapat dipertahankan. 

Sertakan sebuah bengkel bergerak mengikuti tim yang terdiri dari 5 traktor mini itu, dan tak lupa ban cadangan yang harus dibawa ke lapangan setiap hari. 

Sementara untuk kemampuan SDM, semua operator terlebih dahulu harus dilatih tentang bagaimana melakukan perawatan pencegahan, dan bagaimana melakukan pemeriksaan harian selama pengumpulan, disertai juga dengan daftar periksa yang wajib diisi secara tepat dan jujur. 

Sumber: InfoSawit.com.