Industri Perkebunan Sawit Harus Bersiap Hadapi Tantangan Baru

Industri Perkebunan Sawit Harus Bersiap Hadapi Tantangan Baru

Sawit Notif – Sejak beroperasi di zaman kolonial Belanda, industri perkebunan sawit di Indonesia seakan tak pernah lepas dari berbagai jenis tantangan. Setelah tahun 2015, tantangan menyeruak dari permasalahan pembukaan lahan baru hingga maraknya edaran isu negatif tentang sawit. Memasuki tahun 2022, industri yang menjadi penyumbang devisa negara terbesar kini diprediksi akan menghadapi tantangan baru, yakni terkait produktivitas, efisiensi industri, dan diversifikasi produk hilir. 

Prediksi ini disampaikan oleh Ekonom Senior Indef, Bustanul Arifin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/2), mengutip Kontan.co.id. Ia mengatakan bahwa pelaku bisnis kelapa sawit harus berusaha lebih giat dalam menggempur produktivitas tanaman disertai diversifikasi produk hilir. Selain itu, penambahan lahan yang semakin terbatas juga mengharuskan pemerintah dapat memperpanjang kebijakan moratorium lahan sawit baru. 

Tak dipungkiri, masyarakat kian menerima produk sawit dengan baik. Hal ini tentunya tidak terlepas dari upaya perusahaan perkebunan sawit yang secara bertahap mulai menerapkan sistem budidaya dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan, seperti kontribusi perusahaan dalam pelestarian hutan dan satwa, hingga menggerakkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan operasional perusahaan. 

Lebih lanjut, Bustanul menyebut potensi permintaan produk derivatif crude palm oil (CPO) terus menunjukkan peningkatan. Terlepas dari kebijakan pemerintah yang membatasi ekspor CPO, respon yang diberikan hendaknya dengan peningkatan produksi produk hilir, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor produk jadi. Sebab produk hilir tidak hanya menambah pangsa pasar produk sawit di masyarakat, tetapi juga dapat meningkatkan nilai tambah produk sawit. 

Menanggapi prediksi perubahan tantangan tersebut, salah seorang pelaku pengusaha industri sawit, yakni Wakil Direktur Utama PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS), Kurniadi Patriawan, mengatakan pihaknya sudah mengantisipasi sejak beberapa tahun terakhir, dengan mempertajam fokus pada pemenuhan pasar dalam negeri. 

Kurniadi optimis, dengan memaksimalkan lahan yang ada, produksi CPO dan produk turunannya masih sangat berpotensi untuk ditingkatkatkan, terlebih jika menilik dari sistem budaya, produktivitas tanaman sawit secara rata-rata nasional masih berada di angka kurang dari 4 juta ton per hektare (ha). 

Sumber: Kontan.co.id