Indonesia dan Malaysia Berkolaborasi dalam Melawan Kampanye Negatif Kelapa Sawit

Indonesia dan Malaysia Berkolaborasi dalam Melawan Kampanye Negatif Kelapa Sawit

Sawit Notif – Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia berkolaborasi dalam melawan kampanye negatif kelapa sawit yang pada beberapa tahun ini menyerang produk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia. Kolaborasi ini ditunjukkan dengan dukungan kedua negara kepada Komite Ilmiah Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) atas kemajuan studi dan penelitian berbasis sains mengenai kelapa sawit berkelanjutan, agar kedepannya hasil-hasil dari studi dapat melawan kampanye negatif kelapa sawit.

Dukungan tersebut disampaikan pada Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi atau Senior Officials Meeting (SOM) Ke-22 dalam format hybrid (daring dan tatap muka), Kamis (21/10) lalu, mengutip Liputan6.com. Tujuan utama pertemuan adalah untuk meninjau dan mengevaluasi pencapaian kegiatan utama, serta merumuskan langkah-langkah penting untuk semakin memperkuat kerjasama antar negara anggota

Dr. Musdhalifah Machmud, Deputi Menteri Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, hadir memimpin pertemuan dengan didampingi oleh YBhg Datuk Ravi Muthayah, Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, Malaysia. 

Pertemuan turut dihadiri oleh perwakilan negara-negara pengamat, yaitu Kolombia, Ghana, Honduras, dan Papua New Guinea.

Dr. Musdhalifah menggarisbawahi tren positif dari pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum. Namun, ia menilai bahwa negara produsen juga harus tetap mempersiapkan langkah antisipatif dalam menghadapi kemungkinan siklus harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai bagian dari manajemen permintaan. 

Rasa keprihatinan juga disampaikan oleh Dr. Musdhalifah terkait kampanye negatif yang semakin masif, disertai oleh berbagai kebijakan dan regulasi yang menghambat produksi dan perdagangan minyak sawit dari beberapa negara, khususnya Uni Eropa. 

Untuk itu, Dr. Musdhalifah menyarankan agar CPOPC memberikan perhatian serius dan segera merumuskan strategi yang lebih efektif bagi negara-negara produsen minyak sawit dalam menjawab tantangan tersebut. Serta hasil dari studi dan penelitian tentang sawit berkelanjutan tampaknya juga harus lebih digaungkan untuk menepis kampanye negatif. 

Sumber: Liputan6.com