Sawit Notif – Menuju akhir bulan November ini, musim hujan kian melanda beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia. Kondisi ini berpengaruh pada penurunan laju produksi minyak kelapa sawit crude palm oil/CPO) yang mengakibatkan harga minyak sawit meroket.
Mengutip Kontan.co.id, berdasarkan data Bloomberg, Jumat (19/11), harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange menurun hingga 0,10% ke RM 4.993 per ton. Sebelumnya, Kamis (18/11), harga CPO sempat menyentuh harga tertinggi yaitu RM 4.998 per ton. Sehingga dalam sepekan, tercatat harga CPO mengalami kenaikan 5,04%.
Menanggapi kenaikan tersebut, Research and Development dari Indonesia Commodity and Derivatives exchange (ICDX), Girta Yoga menilai bahwa tren kenaikan harga CPO belakangan ini memang dipengaruhi dari gangguan produksi akibat mulai berlangsungnya musim hujan di negara-negara produsen utama CPO, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Tren bullish harga CPO diproyeksikan Yoga tetap bertahan dalam jangka pendek. Setidaknya hingga akhir tahun, harga CPO bisa naik menyentuh level resistance di kisaran harga RM 5.250 per ton sampai RM 5.500 per ton.
Yoga tetap mengingatkan bahwa para pelaku pasar harus tetap waspada mengenai kembali naiknya kasus Covid-19 di China dan Eropa, karena dapat menimbulkan sentimen negatif dari sisi permintaan yang menurun.
Namun demikian, sentimen positif akan tetap ada. Menurut Yoga, nantinya keberlanjutan mandatory biodiesel disertai dengan penggunaan biodiesel akan menjadi indikator utama yang menyokong harga CPO dan menjadi perhatian pasar.
Pendapat lain datang dari Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi. Ia mengatakan kenaikan harga CPO disebabkan oleh para pelaku pasar yang berspekulasi atas wacana Presiden Joko Widodo yang ingin memberhentikan ekspor minyak kelapa sawit mentah untuk tujuan hilirisasi.
Ibrahim turut membahas permasalahan lain, terkait terhambatnya transportasi ekspor kelapa sawit mentah untuk China akibat musim dingin ekstrem yang sedang melanda negara tersebut. Di tengah cuaca ekstrem tersebut, permintaan CPO mengalami kenaikan.
Secara bersamaan, permintaan CPO di Malaysia melonjak setelah pemerintah Malaysia mengumumkan rencana penurunan tarif bea ekspor.
Kenaikan harga CPO semakin meningkat juga karena sokongan sentimen positif setelah pembicaraan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersama Presiden China Xi Jinping yang memicu harapan peningkatan pembelian kedelai AS oleh China.
Minyak nabati merupakan produk substitusi minyak sawit, di mana ketika harga minyak nabati naik, maka harga minyak sawit juga berpotensi naik.
Sumber: Kontan.co.id