Daya Saing Sawit RI Terancam Turun Akibat Hantaman Kampanye Hitam Uni Eropa

Daya Saing Sawit RI Terancam Turun Akibat Hantaman Kampanye Hitam Uni Eropa

Sawit Notif – Sejak tahun 2020 lalu, industri kelapa sawit Indonesia terus mengalami hantaman serius oleh kampanye hitam dari beberapa negara di Uni Eropa. Hal ini masih terus berlanjut hingga kini, sehingga mengakibatkan daya saing sawit Indonesia terancam menurun.

Mengutip Detik.com, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung mengatakan, fenomena penolakan dan kampanye hitam terhadap komoditas sawit Indonesia sudah terjadi sejak 1980-an saat produk kehutanan dan perkebunan tengah berkembang. Kampanye hitam tersebut dikatakannya bisa berpengaruh pada turunnya daya saing industri dan komoditas itu sendiri. 

Menurut Tungkot, kampanye hitam yang membidik negara-negara konsumen sawit, seperti Eropa, Tiongkok, dan India, memiliki pola dan isu yang berisi upaya mempengaruhi perilaku orang agar tidak lagi menggunakan komoditas alam, yaitu sawit yang saat ini telah diakui dunia sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia. 

Tungkot mencontohkan salah satu kampanye hitam yang telah tersebar luas, mengenai kampanye palm oil free (bebas minyak sawit) pada sejumlah produk makanan. Kemudian didukung dengan beragam isu yang menyudutkan kelapa sawit, seperti sawit sebagai perusak ekosistem lingkungan, hingga isu eksploitasi masyarakat lokal. 

Saat ini efek jangka pendek dari kampanye hitam tersebut memang belum begitu terasa. Namun jika menilik hingga jangka panjang, permasalahan ini harus diwaspadai.

Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengatakan kepada Detik.com, bahwa tujuan kampanye hitam bertujuan menekan daya saing Indonesia di pasar internasional, lantaran tingginya produktivitas komoditas sawit nasional yang menjadi ancaman bagi industri yang dihasilkan oleh negara-negara di Uni Eropa. 

Kasan turut memaparkan tentang kontribusi sawit terhadap ekspor non migas mencapai angka 13,6% sepanjang 2020. Capaian tersebut menunjukkan meskipun pandemi sedang melanda, industri sawit tetap tangguh berdiri. Tentu merupakan suatu hal yang patut dibanggakan mengingat sawit merupakan bagian dari bahan baku kebutuhan pokok seperti produk sektor makanan, kebersihan, dan kesehatan. 

Sumber: Detik.com.