Jakarta – Industri minyak sawit memiliki andil yang signifikan dalam pengembangan ekonomi daerah dan nasional serta pengentasan kemiskinan di berbagai pelosok negeri. Namun faktor pembatas produksi, khususnya serangan hama, acapkali menjadi kendala di lapangan.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang juga merupakan Vice President of Sustainability PT Astra Agro Lestari Tbk, Bandung Sahari, menuturkan, entomologi atau ilmu tentang serangga menjadi signifikan dalam industri kelapa sawit. Tantangan yang dihadapi oleh industri agribisnis seperti kelapa sawit salah satunya adalah hama.
“Hama mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga produktivitas kelapa sawit menjadi turun,” kata Bandung dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (13/7/2018).
Hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat juga menurun yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Jika tidak segera ditangani dengan baik dalam jangka panjang akan mengancam keberlanjutan produktivitas minyak sawit dan lingkungan jika pestisida menjadi pilihan utama.
Oleh karena itu penelitian yang menunjang pengendalian hama ramah lingkungan menjadi urgent. Proses polinasi (penyerbukan) pada kelapa sawit juga sangat bergantung dengan serangga. Tidak efektifnya penyerbukan menyebabkan banyaknya buah partenokarpi (tidak berbiji) dengan kandungan minyak yang rendah.
Ketua Perhimpunan Entomologi Indonesia, Damayanti Buchori, mengatakan, dari penelitian global, serangga polinator sedang mengalami penurunan populasi global. Penelitian itu juga mengungkap bahwa penurunan populasi serangga penyerbuk akan berdampak pada pangan, termasuk juga tanaman kelapa sawit.
“Ketidakadaan serangga penyerbuk bisa menjadi masalah yang berat bagi tanaman kelapa sawit. Hal ini juga perlu menjadi perhatian serius stakeholder industri kelapa sawit,” imbuh Damayanti.
sumber: wartaekonomi.co.id