Afrika Barat lewat kegiatan Africa Oil Palm and Rubber Summit mengundang Indonesia untuk berbagi pengetahuan soal industri komoditas kelapa sawit. Pasalnya, tak seperti Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, kawasan yang merupakan tempat asal komoditas tersebut justru masih mengimpornya.
“Mereka ingin mendorong investasi di perkebunan kelapa sawit di Afrika, terutama Afrika Barat, tempat asal kelapa sawit yang bibitnya kemudian dibawa ke Indonesia pada 1800-an,” ungkap Direktur Corporate Affairs Asian Agri Fadhil Hasan kala membagi pengalamannya saat menghadiri acara yang digelar di Abidjan, Pantai Gading tersebut, Selassa (28/5/2019).
Fadhil menjelaskan bahwa masyarakat Afrika Barat secara tradisional telah mengenal produk turunan kelapa sawit untuk berbagai kebutuhan.
“Mereka familiar dengan sawit. Tapi negara di kawasan tersebut, misal Nigeria, justru mengimpor, termasuk impor dari Indonesia,” sambungnya.
Perkebunan kelapa sawit di Afrika Barat sejatinya juga dikelola oleh petani rakyat dan perusahaan skala besar seperti di Indonesia, tetapi terdapat sejumlah aspek yang membedakan dengan sistem di Tanah Air.
“Di sana antara petani dan perusahaan besar masih berjalan sendiri-sendiri,” ujar Fadhil.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Fadhil menjelaskan ia sempat membagikan pengalaman Indonesia dalam menjalankan kebijakan sehingga perkebunanan dalam skala petani rakyat dan perusahaan besar tetap berjalan beriringan, salah satunya lewat kemitraan.
Dari kegiatan tersebut, Fadhil mencatat bahwa kawasan Afrika Barat masih menghadapi sejumlah kendala dalam mewujudkan industri kelapa sawit yang kondusif. Dari segi politik, beberapa negara di kawasan tersebut rentan dilanda konflik, misalnya di Mali dan Nigeria.
sumber: bisnis.com