Sawit Notif – Sebagai negara eksportir sawit terbesar di dunia, Indonesia ditargetkan menjadi penentu harga CPO global. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang dikutip dari Bisnis.com.
Untuk mencapai target tersebut, Airlangga mengatakan pemerintah akan terus mendorong upaya hilirisasi atau pengembangan produk turunan kelapa sawit. Saat ini, pemerintah telah menyiapkan Roadmap yang berisi peningkatan produktivitas, penunjang kegiatan hilir seperti oleofood, oleokimia, dan biofuel, penciptaan ekosistem, tata kelola, capacity building, dan pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit.
Di dalam negeri, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas sektor pertanian dengan daya tahan tinggi dan penopang pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021.
Industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung. Berbagai hal tersebut disampaikan Airlangga pada webinar bertajuk “Urgensi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional”, pada Jumat (12/11) lalu.
Indonesia memiliki luasan lahan 10 persen dari total global land bank for vegetable oil dan sebanyak 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia ataupun minyak nabati telah dikuasai. Selain itu, Indonesia diketahui mampu menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia yang sangat berperan penting dalam konteks ketahanan pangan dunia.
Pada tahun 2019, Kemenko Bidang Perekonomian mengidentifikasi luas tutupan kelapa sawit sebesar 16,38 juta hektare dengan rincian perkebunan sawit rakyat 41 persen, perkebunan besar negara 6 persen, dan perkebunan besar swasta nasional 53 persen.
Lebih lanjut, Airlangga menegaskan bahwa Program PSR sangat krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Komitmen pemerintah yang akan melakukan replanting (penanaman kembali) dengan target luas lahan 540.000 hektare juga turut disebutkan. Lahan dengan produktivitas kurang dari 4 ton akan menjadi prioritas replanting berbasis pada Good Agriculture Practices.
Dari sisi kondisi pasar, awal November 2021 harga CPO berada di level tertinggi, yaitu US$1.435 per ton. Peningkatan lain juga terjadi pada Nilai Tukar Petani (NTP) yang meningkat dengan harga antara Rp.2.800/kg sampai dengan Rp.3.000/kg untuk Tandan Buah Segar (TBS).
Sedangkan dari segi tantangan, Airlangga menyebutkan semakin kompleksnya kompetisi minyak sawit. Hambatan itu berupa hambatan non-tarif, seperti belum diakuinya kesetaraan standar antara ISPO dengan RSPO di beberapa negara, termasuk Malaysia yang memiliki standar sendiri, yaitu MSPO.
Sumber: Bisnis.com