Sawit Notif – Dalam rangka pergantian bahan bakar fosil, pemerintah Indonesia terus menggenjot produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) dalam negeri. Di sisi lain, CPO juga kian dibutuhkan untuk memenuhi pesatnya perkembangan ekonomi di berbagai sektor industri, termasuk meningkatkan pendapatan para petani.
Dampak ekonomi kelapa sawit tidak hanya dirasakan oleh pelaku sawit saja, tetapi juga oleh pelaku non sawit yang berperan sebagai penyedia barang atau jasa kebutuhan di sekitar perkebunan sawit.
Mengutip detikFinance, Abidin yang merupakan salah seorang Petani Plasma di perkebunan sawit PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS) menyambut baik sistem mitra plasma yang dijalankan perusahaan.
“Semua orang dapat melihat fakta dan kenyataan daerah yang ada sawit binaan PT. Kurnia Luwuk Sejati, pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan perekonomian masyarakat sangat pesat,” kata dia, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (10/11).
Kini, seiring dengan peningkatan produksi CPO, pihaknya mencatat 7.214 mitra kerja Petani Plasma dari perusahaan, penyebarannya mencakup 956 petani di Baturube, 1.411 petani di Pandauke, 2.296 petani di Ps. Lamba, 302 petani di Bantayan, dan 2.249 petani di Toili.
Ribuan Petani Plasma tersebut telah menyetujui komitmen, serta aturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Di mana, para petani hanya tinggal mempersiapkan lahan, urusan lainnya, seperti penyediaan bibit dan pupuk akan diberikan oleh perusahaan. Sehingga Abidin menilai, perusahaannya telah menjalankan fungsi serta kewajiban dengan sangat professional.
Legal Corporate PT KLS, Albertus Lutter menambahkan, regulasi pemerintah telah ditaati oleh perusahaan, mulai dari aturan pemanfaatan lahan hak guna usaha (HGU) dan plasma. Hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang berpotensi merugikan, baik untuk perusahaan maupun untuk petani.
Tentunya, penggenjotan produksi CPO kedepannya diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada CPO Indonesia, melalui Biodiesel. Pada akhirnya terjadilah penghematan devisa negara. Pada tahun 2020, penghematan devisa negara mencapai Rp 38 triliun, dan di tahun 2021 ditargetkan penghematan devisa mencapai Rp 56 triliun.
Sumber: detikFinance