Sawit Notif – Mengutip Infosawit.com, Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Mansuetus Darto menyatakan secara nyata bahwa kemitraan memang sangat dibutuhkan oleh para pekebun kelapa sawit. Khususnya para petani swadaya yang mayoritas belum bermitra dengan perusahaan.
Permasalahan utama para petani swadaya adalah rendahnya produktivitas tanaman, yang disebabkan oleh penggunaan bibit yang tidak unggul, rendahnya pengetahuan SDM petani, serta minimnya pendampingan dari pemerintah.
Darto menyebutkan, pemerintah masih minim mengeluarkan anggaran untuk melakukan program pendampingan dan kemitraan. Kelembagaan petani juga tidak ada, sehingga semakin mempersulit pelaksanaan pendampingan dan kemitraan. Padahal, kini petani semakin mengerti dan memahami situasi tentang resiko bermitra atau tidak bermitra. Beberapa petani yang belum bermitra mengaku kerap mengalami perbedaan harga jual TBS dari PKS. Dengan demikian, petani sudah mengerti bagaimana melihat resiko ekonomi.
Oleh karena itu, Darto berharap pemerintah segera mengambil kebijakan yang menjadi payung di lapangan dalam kemitraan. Diperlukan langkah revolusioner pemerintah untuk mengatasi masalah kemitraan. Contoh paling awal adalah pendataan dan pendampingan.
Di sisi lain, kepada Infosawit.com, General Manager Bisnis Komersial 2, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk, Aryani Dwi Satiti mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung industri kelapa sawit Indonesia, terutama kepada para petani sawit yang ingin memperluas bisnis sawitnya. Hal tersebut terlihat dari pembiayaan industri kelapa sawit dari Upstream hingga Downstream di BNI dengan maksimum kredit Rp.70,1 T, dengan pemakaian kredit Rp.52,4 T, dimana sekitar 88% berada pada Upstream, yaitu perkebunan kelapa sawit.
Sumber: Infosawit.com.