Jakarta – Pemerintah Indonesia meminta Italia dan negara anggota komisi Uni Eropa lainnya untuk tidak mendukung kebijakan parlemen blok regional itu yang ingin menghapus komoditas kelapa sawit sebagai produk biodiesel.
Pernyataan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Italia, Angelino Alfano, di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu (7/2).
“Walaupun saat ini aturan penghapusan sawit dari biodiesel baru dalam pembahasan parlemen Eropa dan belum menjadi kebijakan, RI meminta negara-negara dalam komisi Uni Eropa untuk tidak menjadikan hal itu suatu kebijakan. Ini lah yang sedang kita perjuangkan dengan negara-negara Uni Eropa, termasuk Italia,” ucap juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir.
Permintaan itu diungkapkan Retno kepada Alfano menyusul langkah perlemen Uni Eropa yang mengesahkan proposal bertajuk Report on the Proposal for a Directive of the European Parliament and of the Council on the Promotion of the use of Energy from Renewable Sources dalam pemungutan suara di kantor Parlemen Eropa, Perancis, 17 Januari lalu.
Proposal energi tersebut mengatur bahwa negara Uni Eropa akan menggunakan sedikitnya 35 energi terbarukan dari keseluruhan penggunaan energi pada 2030.
Tak hanya itu, proposal tersebut juga menghapus dan tidak lagi menganggap produk biodisel atau bahan bakar yang berasal dari makhluk hidup dan tanaman seperti kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan.
Dengan begitu, penjualan serta penggunaan produk sawit di Eropa akan semakin terbatas. Sementara itu, benua Biru selama ini menjadi importir terbesar minyak sawit Indonesia, salah satu negara produsen sawit terbesar di dunia.
Dalam pernyataan bersama Alfano, Retno mengatakan Indonesia kembali menekankan pentingnya kelapa sawit bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, di mana 17 juta orang yang sebagian besar adalah petani kecil, sangat mengandalkan komoditas ini.
Meski masih ada beberapa praktik sawit yang tidak mementingkan aspek lingkungan, Rento menuturkan Indonesia bersama negara produsen sawit lainnya terus berupaya memaksimalkan upaya produksi berkelanjutan.
“Kelapa sawit adalah hal penting bagi kepentingan nasional RI yang tidak dapat diabaikan bagi kepentingan ekonomi dan sosial bangsa. Dan kita melakukan pendekatan yang cukup seimbang antara pembangunan ekonomi dan isu lingkungan,” kata Retno.
“Italia adalah pengimpor sawit RI terbesar ketiga di Eropa sehingga kelapa sawit kita juga memiliki kontribusi dalam pembangunan ekonomi Italia. Karena itu Indonesia meminta perhatian pemerintah Italia atas diskusi parlemen dan komisi Eropa tersebut,” lanjutnya.
Tak hanya Italia, Retno juga telah meminta hal serupa kepada Perancis, Belanda, dan sejumlah negara lainnya. Retno juga telah berkomunikasi langsung dengan Menlu Uni Eropa Federica Mogherini terkait hal ini.
Selain sawit, kedua menlu tak lepas membahas penguatan kerja sama bilateral Indonesia dan Italia. Menlu Alfano mengatakan kedua negara berencana menguatkan kerja sama di berbagai sektor perdagangan, investasi, maritim, perencanaan kota, agrobisnis, penguatan kerja sama ekonomi kreatif.
Sumber: cnnindonesia.com