Menguatnya persoalan proteksionisme/penolakan negara-negara Uni Eropa terhadap minyak sawit Indonesia menambah daftar panjang persoalan dalam industri sawit Indonesia, melihat harga sawit saat ini Rp1.200 hingga Rp1.300 saja, para pengusaha dan petani sudah sangat kesulitan untuk mengelola perkebunan mereka. Sehingga dibutuhkan solusi yang dapat meringankan beban pengusaha kelapa sawit.
Project Director Plantation Key Tehnology (PKT), Roderick Bastian mengatakan persoalan ini semakin kompleks ketika para pengusaha atau pemilik kebun menghadapi lagi persoalan tentang kondisi kebun mereka, mulai dari produksi yang menurun dan serangan hama penyakit tanaman yang memerlukan biaya ekstra dalam penyelesaiannya.
“Melihat persoalan-persoalan tersebut, sangat penting gerak cepat dari pemerintah untuk menyelesaikannya dan perlunya peranan para stakeholder yang sangat berpengalaman dalam industri ini untuk menjaga agar industri sawit Indonesia tetap strong baik di tingkat nasional maupun internasional,” katanya, Rabu (8/5/2019).
PKT melalui perusahaan di Indonesia PT Propadu Konair Tarahubun merupakan Perusahaan Biotechnology Research and Solution yang memiliki fokus pada perkebunan, salah satunya adalah industri perkebunan sawit.
“Sebelum memberikan solusi, PKT selalu melakukan survey dan research dalam menentukan apa yang dibutuhkan oleh kebun, dimana solusinya juga dapat berupa pupuk MOAF® dan pengendali hayati CHIPS®. Mengenai pemupukan, biasanya dengan biaya pemupukan yang sama seperti pupuk lainnya, produksi yang dihasilkan pupuk MOAF® jauh lebih baik,” ujarnya.
Selain itu, PKT juga memiliki teknologi CHIPS® yang berhasil mengendalikan Ganoderma, dimana sudah mendapatkan rekor MURI sebagai penemu vaksin Ganoderma satu-satunya di Indonesia dan bahkan di dunia.
“Ganoderma menyebabkan busuk pangkal batang yang dapat menumbangkan pohon dalam jangka waktu beberapa tahun, sehingga sebenarnya ini adalah masalah yang sangat serius, jangan sampai harga sawit sudah rendah, dan hasil produksi tidak maksimal ditambah lagi berkurangnya populasi pohon, sehingga dapat mengakibatkan kebun bangkrut,” katanya.
Dengan adanya teknologi CHIPS® dari PKT untuk mengendalikan penyakit ini, diharapkan industri perkebunan sawit dapat bertahan bahkan mendapatkan keuntungan lebih pada saat krisis harga sawit.
“Kita akan memberikan solusi yang terbaik dengan menyesuaikan apa yang menjadi kebutuhan untuk efisiensi dan meningkatkan produktivitas kebun sawit. Ketika harga kelapa sawit anjlok seperti sekarang ini, para pengusaha seharusnya tetap bertahan dan merawat kebunnya,” katanya.
Jangan sampai ketika kondisi ini telah berlalu dan karena kebunnya tidak dirawat, kebunnya jadi rusak dan produktivitasnya menurun. Untuk info lebih lanjut mengenai riset dan teknologi oleh PKT, dapat langsung mengunjungi www.pkt-group.com atau melalui whatsapp 0821-2000-6888.
sumber: wartaekonomi.co.id