Sawit Notif – Saat ini, tersedianya area konservasi di perkebunan kelapa sawit masih sebatas ketaatan pada undang-undang atau peraturan yang berlaku. Tidak sedikit area perkebunan yang gagal dikelola dengan baik. Hal tersebut menimbulkan keraguan apakah langkah konservasi lingkungan memang menguntungkan, atau malah justru merugikan?
Biaya perawatan yang tidak sedikit menjadikan keberadaan area konservasi tersebut sering dianggap sebagai beban oleh para pengusaha perkebunan kelapa sawit. Paradigma seperti itu sudah seharusnya dihilangkan sejak dini.
Keberadaan area konservasi dapat diarahkan pada peranannya dalam mendukung peningkatan produksi kelapa sawit, atau dengan kata lain bagaimana menjadikan area konservasi di perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu faktor peningkatan produksi yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.
Menurut Sugiyanto (2010), manfaat konservasi akan tampak melebihi biayanya jika tindakan konservasi tersebut dilihat dalam perspektif jangka panjang. Jika hanya dilihat dalam satu periode produksi, maka konservasi akan menurunkan keuntungan karena manfaat yang ditimbulkan oleh konservasi sifatnya jangka panjang. Oleh sebab itu, pengadopsian konservasi akan lebih tepat disebut sebagai investasi perusahaan.
Selain itu, penerapan standar yang baik pada area konservasi diprediksi akan memberikan banyak manfaat terhadap bisnis perkebunan kelapa sawit itu sendiri, diantaranya membantu mencegah terjadinya erosi, melindungi sungai di sekitar perkebunan, menyediakan sumber air yang bisa dijadikan cadangan air pada musim kemarau, mengatur tata air bawah tanah, menekan evapotranspirasi yang berlebihan, membantu menstabilkan ekosistem dan lain sebagainya. Apabila manfaat-manfaat tersebut dikelola dengan baik, maka perusahaan perkebunan kelapa sawit tentunya akan merasakan keuntungan ekonomi.
Meskipun begitu, sejumlah perusahaan kelapa sawit telah mampu berkomitmen untuk menghadirkan atau memfungsikan sebagian area konsensinya sebagai area konservasi di perkebunannya. Namun sayang, minimnya kajian dan penelitian menyebabkan keberadaan area konservasi tersebut masih belum terintegrasi secara keseluruhan dengan sistem produksi yang ada di perkebunan kelapa sawit. Gambaran detail atau yang dikenal dengan sebutan Detail Engineering Design (DED) yang menjelaskan bagaimana desain bentuk, luas ideal, letak dan cara pengelolaan area konservasi yang benar di perkebunan kelapa sawit masih menjadi pengetahuan yang saling terpisah, belum menjadi sebuah sistem atau model utuh yang bisa diadopsi dan diimplementasikan oleh para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, sehingga keberadaan area konservasi bisa berdampak nyata terhadap keuntungan riil perusahaan secara jelas.
Sumber : infosawit.com