Tatacara Panen Kelapa Sawit yang Baik dan Benar

panen-sawit

Sawit Notif – Panen kelapa sawit bukan sekadar memotong tandan buah dari pohon. Proses ini memiliki peran vital dalam menjaga produktivitas kebun serta kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Berbagai aspek teknis harus diperhatikan secara cermat, mulai dari kematangan buah hingga sistem rotasi panen yang terjadwal.

Dilansir dari sawitindonesia.com memeberikan beberapa panduan tentang tatacara panen kelapa sawit. Berikut panduan lengkap pelaksanaan panen kelapa sawit yang baik dan benar:

1. Memastikan Kematangan Buah

Keberhasilan panen sangat ditentukan oleh ketepatan waktu dalam memanen tandan buah. Tandan dianggap matang jika menunjukkan perubahan warna (dari hijau ke kemerahan/oranye), mulai banyak buah yang rontok (brondolan), serta bobot tandan yang meningkat. Memanen tandan yang belum matang dapat menurunkan rendemen dan mutu minyak sawit.

2. Menggunakan Alat Panen yang Tepat

Pemilihan alat panen disesuaikan dengan tinggi pohon dan kondisi kebun.

Dodos digunakan untuk pohon pendek,

Egrek untuk pohon tinggi,

Kapak untuk memotong pelepah,

Ganco untuk mengangkat tandan,

Kereta sorong atau angkong dipakai untuk mengangkut hasil panen ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).

Pemakaian alat yang tepat tidak hanya mempercepat kerja, tetapi juga mengurangi potensi kerusakan pada tanaman.

3.Teknik Pemotongan Pelepah dan Tandan

Pelepah yang menghalangi tandan harus dipotong untuk memudahkan proses panen. Pemotongan dilakukan secara hati-hati agar buah jatuh tanpa tertahan. Sementara itu, pemotongan tandan sebaiknya membentuk huruf ā€œVā€ pada tangkai agar tandan tidak ikut terbawa ke pabrik yang bisa menurunkan mutu minyak sawit.

4. Pengumpulan Brondolan

Brondolan tidak boleh diabaikan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan menjadi indikator utama kematangan tandan. Pemanen wajib mengumpulkan brondolan dari tanah maupun yang tersangkut di pelepah menggunakan karung atau wadah lainnya, lalu membawanya ke TPH.

5. Pengangkutan Hasil Panen

Setelah dikumpulkan, tandan dan brondolan harus segera diangkut ke pabrik. Keterlambatan dapat menyebabkan fermentasi yang menurunkan mutu minyak. Disiplin waktu dalam pengangkutan sangat penting, terutama saat musim hujan atau dalam kondisi lahan yang sulit dilalui.

6. Rotasi Panen yang Konsisten

Idealnya, panen dilakukan setiap 10–14 hari sekali. Rotasi yang teratur memastikan tidak ada buah yang terlewat atau terlalu matang di pohon, sekaligus menjaga produktivitas tanaman dalam jangka panjang.

7. Faktor Pendukung Kesuksesan Panen

Selain aspek teknis, kesuksesan panen juga dipengaruhi kesiapan tenaga kerja dan kondisi lapangan. Panen sebaiknya dimulai sejak pagi, maksimal pukul 06.00 WIB, dan hasil sudah berada di TPH sebelum pukul 09.00 WIB. Demi keselamatan kerja, pemanen diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, sarung tangan, dan sepatu, khususnya di area berbukit atau berlumpur.

Panen kelapa sawit yang dilakukan secara profesional tidak hanya menjaga mutu produksi, tetapi juga mendukung keberlanjutan industri sawit. Edukasi rutin kepada para pemanen serta pengawasan oleh mandor atau petugas kebun menjadi kunci penting agar standar panen tetap terjaga.

Dengan menerapkan panduan ini, diharapkan hasil panen kelapa sawit menjadi lebih optimal, berkualitas tinggi, dan berkontribusi positif terhadap kesejahteraan petani maupun keberlangsungan industri sawit nasional. (DK)(AD)