Jakarta – Ramadan bakal menjadi pendorong permintaan di industri makanan yang berimbas pada peningkatan produksi minyak kelapa sawit.
”Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi semakin optimistis untuk menggenjot produksinya,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Minggu (13/5).
Selain itu, pertumbuhan disebabkan beberapa faktor lain. Sebut saja meningkatnya purchasing manager index (PMI) dan kenaikan harga komoditas.
Sementara itu, menilik catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), sampai Februari lalu produksi masih menunjukkan penurunan dua persen atau 3,4 juta ton jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Namun, Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang menyebut penurunan produksi tersebut cukup wajar.
Dengan produksi yang masih stabil dan ekspor yang belum meningkat, stok minyak sawit Indonesia tetap terjaga di kisaran 3,5 juta ton hingga akhir Februari 2018.
”Pada bulan mendatang, diperkirakan ekspor mulai meningkat, terutama ke negara-negara Timur Tengah dan Pakistan. Negara tersebut mulai menyiapkan stok untuk menyambut Ramadan,” ujar Togar.
Ekspor menuju Tiongkok juga diperkirakan meningkat. Itu terkait dengan rencana Tiongkok menaikkan tarif impor kedelai dari AS.
Kebijakan tersebut disebut Togar sebagai kebijakan balasan atas pemerintah AS yang menaikkan tarif impor baja, aluminium, mesin cuci, dan panel surya dari Tiongkok.
Di pasar domestik, industri pengolahan, termasuk industri makanan, mencatatkan pertumbuhan 4,50 persen pada triwulan pertama 2018.
Angka itu lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,28 persen.
sumber: jpnn.com