Sawit Notif – Harga Crude Palm Oil (CPO) sedikit menguat pada awal perdagangan Senin (19/12), setelah anjlok hampir 2% selama sepekan terakhir. Dilansir dari Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan naik 0,08% ke MYR 3.921/ton pada pukul 09:49 WIB.
Mengutip Cnbcindonesia.com, Analis komoditas Reuters Wang Tao menyakini bahwa harga CPO akan bergerak netral antara MYR 3.861-3.945/ton. Penembusan di atas MYR 3.945 bisa menyebabkan kenaikan ke MYR 4.029/ton, sedangkan penembusan di bawah MYR 3.861/ton dapat mengkonfirmasi kelanjutan tren penurunan.
Sedangkan, sepanjang pekan lalu harga CPO turun hampir 2% ke MYR 3.918/ton. Meski demikian, harga CPO sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran 7.200 ringgit/ton pada Maret silam.
Tahun 2023, harga CPO diprediksi sedikit lebih rendah oleh Kenanga Investment Bank Bhd Malaysia. Sebelumnya, CPO Kenanga juga memperkirakan kenaikan harga rata-rata mencapai 4.000 ringgit/ton tahun depan, dan saat ini pada proyeksi terbarunya diturunkan menjadi 3.800 ringgit/ton.
Bank Investasi tersebut juga mencatat dalam perkiraannya, rata-rata harga CPO di 3.800 ringgit/ton pada 2023, 5% lebih rendah dari proyeksi kami sebelumnya 4.000 ringgit/ton. Namun, proyeksi diturunkan, tetapi harga CPO masih tetap tinggi sebab permintaan minyak nabati untuk kebutuhan sehari-hari juga masih tinggi.
Meski demikian, Analis terkemuka Dorab Mistry, Direktur Godrej International, berbeda tanggapan. Menurut prediksinya harga CPO acuan dunia akan diperdagangkan antara MYR 3.500-5000/ton pada periode Desember 2022 hingga akhir Mei 2023 karena persediaan di dua negara produsen terbesar dunia yaitu Indonesia dan Malaysia akan menipis.
Selain itu, Dorab memproyeksikan bahwa output produksi CPO Malaysia telah dibatasi oleh kekurangan tenaga kerja di tahun ini, akan tetapi produksi akan meningkat sekitar 19 juta ton di tahun 2023 dan produksi CPO Indonesia tahun depan juga bisa naik 1,5 juta ton.
Sumber: Cnbcindonesia.com