Pengusaha Minta Pemerintah Konsisten Melobi Sawit RI ke Pasar Dunia

Pengusaha Minta Pemerintah Konsisten Melobi Sawit RI ke Pasar Dunia

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta pemerintah konsisten melakukan lobi produk kelapa sawit Tanah Air ke pasar global, di samping diplomasi antarpemerintah. Upaya tersebut dinilai penting untuk melawan kampanye hitam Uni-Eropa dan Amerika Serikat (AS) sekaligus menjadikan produk sawit Indonesia dapat diterima di pasar dunia.

Wakil Ketua Umum Gapki Kacuk Sumarto mengapresiasi pendekatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ke Vatikan. “Pihak manapun yang bisa mempengaruhi keputusan Uni-Eropa perlu kita lobi, langkah pendekatan perlu dikedepankan daripada perang dagang sebagai pilihan terakhir,” kata Kacuk kepada Katadata, Kamis (3/5).

Karenanya perlu konsistensi dalam upaya diplomasi serta lobi perdagangan agar produk sawit Indonesia bisa diterima di pasar. Dia pun menilai saat ini banyak konflik kepentingan di balik kebijakan mengeluarkan sawit dari minyak nabati bahan bakar biodiesel sebagai energi terbarukan.

Pembatasan sawit seharusnya dilakukan secara adil dengan memperlakukan aturan pembatasan minyak nabati lainnya, seperti kedelai, bunga matahari, dan rape seed. “Masalah pemasaran sawit ke Uni Eropa harus segera diatasi supaya mempermudah perdagangan internasional,” ujarnya.

Selain itu, Indonesia juga harus aktif membuka pasar nontradisional sebagai tujuan ekspor sawit. “Asia Selatan sudah mulai tinggal memperbesar volume, Asia Tengah seperti Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, Kyrgistan, dan Kazakstan belum tergarap, begitu juga Afrika Tengah,” ujarnya.

Dia juga meminta pemerintah terus memperkuat dan mengajak pengusaha memiliki sertifikasi sawit atau ikut tergabung Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Namun begitu, butuh komitmen dari sejumlah elemen pemerintah, baik dari pusat sampai daerah serta perusahaan sawit itu sendiri.

Pemerintah Indonesia bersama Malaysia dan Kolombia akan bertemu pemerintah Vatikan di Roma pada 15 Mei mendatang. Pertemuan tersebut akan membahas wacana pelarangan produk kelapa sawit untuk biodiesel di Uni ropa.

“Indonesia dan Malaysia mengusulkan untuk membuat pertemuan soal kelapa sawit. Kolombia juga akan berpartisipasi,” kata Duta Besar Kolombia untuk Indonesia Jose Renato Salazar Acosta, kemarin.

Jose mengatakan, Kolombia mengikuti pertemuan tersebut karena negara tersebut merupakan produsen kelapa sawit trebesar ke-empat dunia. Setiap tahunnya, Kolombia memproduksi 1,28 juta ton minyak kelapa sawit.

Jose menuturkan, dalam pertemuan tersebut ketiga negara akan menyampaikan mengenai pengembangan minyak kelapa sawit keberlanjutan. Selain itu Indonesia, Malaysia dan Kolombia berencana untuk mendeklarasikan sikap mereka atas wacana pelarangan produk kelapa sawit untuk biodiesel di Uni Eropa.

“Mereka akan memberikan informasi soal itu dalam pertemuan di Roma dan ada banyak perkembangan soal hal tersebut,” kata Jose.

Sebelumnya, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengunjungi Vatikan dalam rangkaian perjalanan ke Eropa pada Rabu (25/4). Luhut ketika itu bertemu dengan Direktur Lembaga Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian di kota Vatikan Kardinal Peter Turkson.

Dalam pertemuan itu, Luhut menjelaskan persoalan kelapa sawit yang dihadapi Indonesia saat ini. Dia pun mengklaim jika Vatikan akan membantu Indonesia menghadapi ancaman pelarangan produk kelapa sawit untuk biodiesel di Uni Eropa. Peter, kata Luhut, memerhatikan nasib petani sawit dan jutaan orang ang kehidupannya bergantung pada industri tersebut jika pasokannya dicekal ke Eropa.

“Beliau secara khusus menyatakan apa yang akan terjadi jika mereka ini -yang sebagian besar Muslim- tidak mempunyai penghasilan lagi. Karena itu, Kardinal Turkson menggagas untuk mengadakan seminar yang membicarakan hal ini di Universitas Kepausan di Vatikan bulan depan, ” ujarnya.

sumber: katadata.co.id