Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia menyatakan kekhawatirannya terhadap kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah India. Penambahan tarif impor kelapa sawit yang masuk ke negara tersebut hingga 3 kali lipat berpotensi menekan ekspor CPO Indonesia.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menyatakan India merupakan pasar terbesar kelapa sawit Indonesia “Pada 2017 ekspor sawit ke Indonesia sebanyak 7,6 juta ton,” kata Joko di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (14/3).
Ekspor sawit Indonesia ke India saat ini dikenakan tarif impor sebesar 7,5% hingga 15%, dengan tarif untuk produk turunan sawit sebesar 15%-25%. Tantangan menjadi kian berat ketika pemerintah India berencana menambah tarif kepabeanan sebesar 45% untuk produk sawit dan 54% untuk produk turunan sawit.
Di sisi lain, permintaan sawit dari India hanya naik tipis sebesar 1%dari 593,25 ribu ton di Desember 2017 menjadi 598,35 ribu ton di Januari 2018. “Hal ini yang akan menjadi perhatian kami,” ujar Joko.
Menanggapi hal tersebut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan pihaknya telah berkirim surat untuk berdialog atas upaya India telah menaikkan tarif impor hingga tiga kali lipat untuk mendongkrak penerimaan negaranya.“Saya juga mendapatkan dorongan dari petani dan pengusaha,” ujarnya.
Selain Indonesia, Malaysia juga dikabarkan telah menyampaikan keberatannya. Atas keberatan tersebut, Enggar mengaku pihak India akan melakukan evaluasi.
Namun menurut Enggar, kenaikan tarif yang dilakukan India tidak diskriminatif karena berlaku untuk semua negara. “Mereka juga berusaha untuk melindungi industri dalam negerinya,” tuturnya.
sumber: katadata.co.id