Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang penting bagi industri dan dikenal sebagai salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Hasil olahan kelapa sawit pun merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia.
Perlu diketahui, Indonesia dan Malaysia merupakan negara eksportir kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Bahkan, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai eksportir komoditas ini.
Sebagian besar hasil produksi kelapa sawit di Indonesia merupakan komoditas ekspor. Perkembangan produk kelapa sawit pun menjanjikan. Hasil olahan kelapa sawit mampu memenuhi tuntutan kebutuhan global dan domestik, yaitu minyak sawit untuk pangan dan makanan ternak, bahan bakar nabati (biodiesel), dan (biofibre).
Selain sebagai komoditas terbesar, industri kelapa sawit juga menjadi penggerak perekonomian wilayah, menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dengan jumlah cukup besar, dan memperbaiki angka kemiskinan di pedesaan. Bahkan, selama pandemi Covid-19, bisnis kelapa sawit tetap berjalan normal dan disebut mengalami pergerakan kenaikan harga minyak kelapa sawit.
Melihat fakta ini, tak dipungkiri kelapa sawit menjadi produk ekspor andalan negara. Selain itu, kelapa sawit pun menjadi komoditas paling penting lantaran memberikan pemasukan yang cukup besar bagi negara.
Di Indonesia sendiri, industri kelapa sawit memiliki peran besar dalam menciptakan lapangan kerja sekaligus memperbaiki angka kemiskinan. Bahkan di tahun 2020, industri kelapa sawit telah berhasil menyumbang sekitar 15,6% dari total ekspor non migas. Karena itu, industri kelapa sawit juga menjadi tulang punggung dalam perekonomian di Indonesia.
Minyak sawit juga berhasil menciptakan sustainable development goals tingkat global karena telah mendukung terciptanya ketahanan energi nasional, penciptaan lapangan kerja, mengurangi ketimpangan ekonomi, dan menyediakan sumber energi terbaru. Karena itu, industri kelapa sawit di Indonesia perlu mendapatkan perhatian lebih.
Daftar 10 Negara Menjadi Tujuan Ekspor Kelapa Sawit Terbesar
Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar, sudah banyak negara yang menjadi tujuan ekspor minyak sawit asli Indonesia. Karena itu pula, devisa yang dihasilkan dari industri minyak sawit ini sangat signifikan. Hampir semua negara besar di dunia ini bergantung pada ekspor minyak sawit asal Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume ekspor komoditas CPO Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 8,25 juta ton. Sementara pada tahun 2021, angka tersebut meningkat menjadi 8,58 juta ton, meningkat 7,91% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari seluruh negara yang menjadi tujuan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, BPS mencatat ada 10 negara yang menjadi tujuan ekspor minyak kelapa sawit oleh Indonesia.
-
India
Berdasarkan data BPS, India menempati peringkat tertinggi sebagai negara tujuan ekspor minyak kelapa sawit oleh Indonesia, dengan total nilai mencapai 1,56 juta ton. Sedangkan pada tahun 2019 dan 2018, volume ekspor CPO ke India sebesar 4,57 juta ton dan 6,34 juta ton.
-
Tiongkok
Setelah India, Tiongkok pun menjadi negara pengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia terbesar. Pada tahun, 2020, volume ekspor CPO Indonesia ke negeri Tirai Bambu tersebut sebesar 4,39 juta ton. Sementara pada tahun 2019 dan 2018, volume ekspornya sebesar 5,79 juta ton dan 4,16 juta ton.
-
Pakistan
Selain kedua negara tersebut, Pakistan turut mencatatkan diri sebagai importir CPO dari Indonesia. Pada tahun 2018, 2019, dan 2020, volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Pakistan masing-masing sebesar 2,45 juta ton, 2,21 juta ton, dan 2,39 juta ton,
-
Spanyol
Tak hanya negara-negara di kawasan Asia, Indonesia pun turut mencatatkan diri sebagai eksportir CPO bagi negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Spanyol misalnya. Negara ini mencatatkan diri sebagai salah satu lokasi tujuan ekspor CPO Indonesia. Adapun volume ekspor komoditas ini ke Spanyol selama 2018, 2019, dan 2020 adalah 1,16 juta ton, 1,07 juta ton, dan 1,13 juta ton.
-
Amerika Serikat
Selama tiga tahun berturut-turut (2018, 2019, dan 2020), volume ekspor CPO ke negeri Paman Sam ini sebesar 1,12 juta ton, 1,18 juta ton, dan 1,12 juta ton.
-
Bangladesh
Bangladesh dengan volume ekspor pada 2018, 2019, dan 2020 masing-masing sebesar 1,13 juta ton, 1,123 juta ton, dan 1,02 juta ton.
-
Mesir
Indonesia juga mengekspor CPO ke negara-negara di benua Afrika. Salah satu negara tujuan ekspor terbesar di benua ini adalah Mesir, dengan volume ekspor sebesar 936 juta ton, 1,09 juta ton, dan 970 juta ton, selama tiga tahun berturut-turut.
-
Italia, Belanda, Singapura
Indonesia mencatatkan volume ekspor CPO ke Italia, Belanda, dan Singapura, masing-masing 944 juta ton, 682 juta ton, dan 360 juta ton, pada 2020.
Itulah 10 negara yang menjadi tujuan ekspor minyak sawit di Indonesia. Hasil produk minyak sawit Indonesia memang berkualitas tinggi. Selain itu, tingkat produktivitas minyak sawit di Indonesia juga sangat besar sehingga melampaui kebutuhan dalam negeri. Maka tak heran, banyak negara yang menggantungkan kebutuhan minyak sawit kepada Indonesia.
Sejarah Industri Kelapa Sawit di Indonesia
Industri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan besar dalam 30 tahun terakhir ini. Industri kelapa sawit mulai berkembang pada tahun 1970-an dan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat pada dekade 1980-an. Pada tahun 1980-an, area perkebunan sawit mengalami peningkatan, dari awalnya hanya sekitar 294.000 hektar menjadi 7,32 juta hektar pada tahun 2009.
Jika ditilik dari sejarahnya, kelapa sawit memiliki peluang dan prospek positif bagi nilai tambah dan daya saing Indonesia di mata dunia. Bahkan, dunia diperkirakan memerlukan tambahan 60-170 juta ton minyak nabati guna memenuhi kebutuhan penduduk dan pola konsumsi yang semakin meningkat. Permintaan pasar yang besar ini pun baru dapat dipenuhi melalui minyak kedelai dan minyak kelapa sawit.
Produk kelapa sawit pun memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan komoditas pesaing lainnya. Salah satu hal yang membuat sawit menjadi komoditas unggulan adalah luas lahannya. Untuk menanam sawit, Anda tidak butuh lahan yang terlalu besar. Sebagai contoh, 1 ton minyak sawit hanya membutuhkan lahan seluas 0,3 hektare. Sementara komoditas pesaing lainnya, seperti rapeseed oil membutuhkan lahan 1,3 hektar, sunflower oil membutuhkan lahan seluas 1,5 hektare, dan soybean seluas 2,2 hektare.
Adapun menurut hasil rekonsiliasi luas tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2019 seluas 16,38 juta hektare. Dari jumlah tersebut, distribusi luas perkebunan rakyat baik swadaya maupun kemitraan seluas 6,72 juta hektare (41 persen), perkebunan besar negara sebesar 0,98 juta hektare (6 persen), dan perkebunan besar swasta sebesar 8,68 juta hektare (53 persen).
Selain itu, menurut para ahli, sampai tahun 2030, proteksi distribusi luas tutupan kelapa sawit akan didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 60 persen, perkebunan besar swasta sebesar 36 persen, dan perkebunan besar negara sebesar 4 persen. Dengan demikian, menurut data tersebut, perkebunan rakyat berkontribusi besar dalam pembangunan ekonomi kelapa sawit di Indonesia.