Jakarta – Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), The Solvent Extractors’ Association (SEA) India, dan Solidaridad Network Asia Limited (SNAL) menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) terkait kerangka keberlanjutan produksi minyak sawit dan perdagangan Indonesia-India.
Dalam penandatanganan yang diselenggarakan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tersebut juga membahas sinergi Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan The Indian Palm Oil Sustainability (IPOS).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap kerja sama tersebut dapat memperkuat hubungan Indonesia dan India di bidang pertumbuhan minyak nabati dan produk turunannya.
Darmin mengatakan bahwa Indonesia dan India mempunyai hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dengan total perdagangan kedua negara mencapai USD18,1 miliar pada 2017. Ekspor produk minyak sawit Indonesia ke India mencapai USD4,9 miliar atau sekitar 34,8% total ekspor Indonesia ke India.
“Data tersebut menunjukkan pentingnya minyak sawit bagi kedua negara. Saya yakin kolaborasi ini bisa mengedepankan diskusi tentang pertumbuhan kelapa sawit yang berkelanjutan seperti yang telah dibahas pemimpin kedua negara,” ujar Darmin, Jakarta, Senin (16/7/2018).
India merupakan salah satu pengguna terbesar kelapa sawit Indonesia di samping China. Oleh karena itu, Darmin menilai komunikasi kedua pihak perlu dibangun tidak hanya antarpemerintah tetapi juga antar-asosiasi.
Komunikasi tersebut terutama bertujuan menanggalkan kesan bahwa kualitas kelapa sawit Indonesia rendah karena harganya yang murah.
“Ekspor kelapa sawit ke India itu belum di semua lapisan dipakainya, karena harganya memang lebih murah sehingga masih ada kesan bahwa dari segi kualitas mutu kalah dengan minyak yang lain, padahal tidak,” ujar Darmin.
Dia menjelaskan harga kelapa sawit Indonesia lebih murah karena memiliki produktivitas yang lebih tinggi tiga hingga empat kali dibandingkan di negara-negara lain.
“Kami ingin kerja sama dengan asosiasinya agar ada program menyosialisasikan bahwa harga lebih murah itu bukan karena kualitas lebih rendah, tetapi karena memang produktivitasnya lebih tinggi,” ujar Darmin.
Indonesia saat ini merupakan salah satu produsen besar kelapa sawit dunia dengan produksi sekitar 40 juta ton dan luas area mencapai 14,3 juta hektare.
Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat, baik dalam bentuk minyak goreng dan produk hilir lainnya, maupun dalam bentuk bioenergi.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden SEA India Atul Chaturverdi mengatakan Nota Kesepahaman tersebut akan membuka jalan bagi keberlanjutan sektor perdagangan minyak sawit yang berkelanjutan dalam jangka panjang di Asia.
“Saya yakin bahwa sinergi antara ISPO dan IPOS secara bersama-sama akan melindungi daya saing industri kelapa sawit, meningkatkan kesiapan menghadapi permintaan pasar di masa depan, dan memenuhi komitmen nasional terhadap produksi dan perdagangan kelapa sawit yang berkelanjutan,” ujar Atul.
Delegasi India juga akan berkunjung ke Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, untuk bertemu dengan pemerintah daerah setempat dan mengunjungi lokasi pemberdayaan petani kelapa sawit mandiri Solidaridad dan Keling Kumang Group.
sumber: okezone.com