Mahathir Mohamad Soroti Konflik Kelapa Sawit

Mahathir Mohamad Soroti Konflik Kelapa Sawit

Bogor – Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyampaikan sejumlah pokok perbincangan bersama Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke Istana Presiden Bogor, Jumat, 29 Juni 2018. Pokok perbincangan kedua kepala negara di antaranya menyoroti soal konflik perdagangan kelapa sawit dengan Uni Eropa, kemungkinan membangun mobil bersama, dan perkembangan politik masing-masing negara.

Terkait dengan konflik perdagangan kelapa sawit, Mahathir mengatakan, Indonesia dan Malaysia menghadapi masalah yang sama. Menurut dia, ekspor minyak kelapa sawit kedua negara sekarang ini terancam oleh Uni Eropa. Dengan demikian, perlu ada upaya bersama-sama dari kedua negara untuk melawannya.

Mahathir mengungkapkan, upaya Uni Eropa untuk mencegah produk minyak kelapa sawit pada dasarnya dilatarbelakangi oleh persoalan persaingan usaha ketimbang masalah lingkungan.

“Perlu bersama-sama melawan hujjah mereka bahwa minyak kelapa sawit ini didapati dari hutan-hutan yang telah ditebang oleh pengusaha dan oleh karena itu, mempunyai kesan yang buruk kepada iklim. Ini tidak benar sama sekali,” kata Mahathir.

Mahathir juga membicarakan mengenai membangun sekolah bagi warga Indonesia legal di Malaysia. Pembangunan sekolah itu berlokasi di Sabah dan Serawak. Menurut dia, selama ini pemerintah Malaysia telah membangun sekolah bagi WNI, meskipun dia mengakui, jumlahnya belum mencukupi. Namun demikian, pembangunan sekolah tersebut belum mencakup wilayah Sabah dan Serawak.

“Kita sadar juga bahwa rakyat Indonesia yang berada di Malaysia ada yang datang secara legal, ada juga yang datang dengan tidak legal. Tetapi kita sadar, bahwa yang datang secara legal ini mereka datang bukan sendirian, tetapi dengan keluarga mereka. Termasuk anak-anak mereka dan anak-anak mereka perlu mendapat pelajaran dan dapat pergi ke sekolah,” katanya.

Mahathir mengungkapkan, dirinya juga membahas kemungkinan membangun mobil bersama dengan Indonesia. Menurut dia, pada saat Jokowi melawat ke Malaysia pada 2015, perbincangan tentang membangun mobil bersama telah dilakukan. Namun, sempat terhenti karena bebeberapa sebab yang tidak ia jelaskan lebih detail.

“Pada masa lawatan itu kami berbincang tentang kemungkinan membangun mobil Malaysia-Indonesia yang bisa dipakai di seluruh ASEAN. Tetapi, karena sebab tertentu, kami tidak dapat teruskan. Tapi, Kami sekarang berniat menghidupkan lagi proyek ini,” ujarnya.

Mahathir juga mengaku berbicara mengenai persoalan politik dengan Jokowi. Ia mengatakan, masalah politik di Indonesia lebih besar daripada Malaysia, namun jenisnya tetap sama. Menurut Mahathir, salah satu masalah negara yang baru menerima demokrasi adalah adanya beberapa pihak yang tidak mau mengakui kekalahan.

“Tetapi kalau kita mau amalkan demokrasi, kita harus terima hakikat bahwa kalau ada persaingan tentu ada yang menang, ada yang kalah. Yang kalah perlu terima kekalahan dan tidak menimbulkan masalah,” ujarnya.

Persaingan secara sah dalam demokrasi, menurut dia, hanya bisa dilakukan melalui pemilihan umum. Menurutnya, saat ini yang terpenting adalah mengamankan sistem demokrasi.

Presiden Joko Widodo mengatakan, dalam perbincangan bersama Mahathir, muncul kesepakatan bila kedua negara memiliki komitmen yang sama mengenai good governance, pemberantasan korupsi, pentingnya konektivitas, dan penyelesaian yang berkaitan dengan perbatasan negara. “Satu persatu akan mulai kita bahas di forum-forum di tingkat menteri,” katanya.

Selain itu, Jokowi menambahkan, dirinya menitipkan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia serta pembangunan sekolah-sekolah bagi anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia.

“Yang berkaitan dengan internasional, kami tadi juga berbicara mengenai Laut Cina Selatan. Dan kita memiliki komitmen yang sama bahwa penyelesaian lewat dialog yang berbasis pada hukum-hukum internsional akan kita kedepankan,” tuturnya.

sumber: pikiran-rakyat.com