Kenapa Harga CPO Anjlok ke Level Terendah Sejak Agustus 2015?

Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali menukik ke posisi terendah sejak Agustus 2015. Ekspektasi ekspor minyak sawit Malaysia yang lesu membuat pelaku pasar semakin khawatir akan ketimpangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global.

Pada perdagangan hari Rabu (3/7/2019) pukul 10:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) anjlok 1,42% ke level MYR 1.939/ton.

Jumat (28/6/2019) pekan lalu, surveyor kargo Intertek Testing Services (ITS) mengatakan ekspor produk-produk sawit Malaysia pada bulan Juni hanya sebesar 1,34 juta ton atau amblas 19,9% dibanding bulan sebelumnya.

Senada, surveyor kargo Amspec Agri Malaysia juga mencatat ekspor sawit Malaysia bulan Juni berkurang 19,6% secara bulanan (month-on-month/MoM).

Sementara data resmi Malaysia Palm Oil Board (MPOB) baru dirilis sekitar tengah bulan Juli nanti, pelaku pasar sudah terlanjut takut akan peningkatan inventori. Pasalnya, ekspor yang lesu seringkali menyebabkan inventori minyak sawit di Malaysia membludak.

Per akhir tahun 2018, inventori minyak sawit Malaysia menyentuh 3,21 juta ton atau yang tertinggi dalam 19 tahun terakhir. Meskipun pada Mei 2019 telah berkurang menjadi 2,44 juta ton, tapi masih lebih tinggi 11% dibanding tahun sebelumnya.

Bila inventori naik lagi, maka keseimbangan fundamental bisa semakin terganggu. Mau tak mau harga harus terkoreksi. Namun, setidaknya harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) ditutup menguat 0,8% pada perdagangan Selasa (2/7/2019) dan bisa memberi tarikan ke atas pada sawit.

Pergerakan harga minyak kedelai memang sering memberi pengaruh yang searah pada harga CPO. Pasalnya kedua produk tersebut saling substitusi dan bersaing di pasar minyak nabati global.

sumber: cnbcindonesia.com